SOLOPOS.COM - Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa Azmi Abubakar. (Antara/Fauzi Lamboka)

Solopos.com, JAKARTA–Aktivis hak asasi manusia (HAM) sekaligus pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa Azmi Abubakar menjelaskan sejarah kepatriotan orang Tionghoa di Nusantara.

“Kepatriotan orang-orang Tionghoa tidak kalah luar biasa,” katanya dalam diskusi di Kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jakarta dikutip dari Antara, Jumat (20/1/2023).

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Sebagai orang Aceh, Azmi membandingkan perlawanan orang Aceh melawan Belanda dan perjuangan orang Tionghoa yang sudah melawan Belanda ratusan tahun sebelumnya.

“Orang Aceh melakukan perlawanan pada 1873 sampai menjelang Republik Indonesia berdiri. Sedangkan, orang Tionghoa melakukan perlawanan terhadap Belanda ratusan tahun sebelumnya, pada 1740-1743,” ungkapnya.

Kata dia, menurut dua guru besar Belanda saat ini, terdapat perang mahadasyat sepanjang Belanda menduduki Nusantara bernama Geger Pacinan. Perang yang dihadapi kompeni Belanda melawan orang Tionghoa bersekutu dengan tentara Mataram Jawa.

Perang itu dimulai dari Batavia (Jakarta saat ini) menyisir sepanjang pesisir pulau utara sampai Banyuwangi. Dalam perang itu hanya dikenal nama-nama besar Mangkubumi yang kemudian menjadi Hamengkubuwono I, Pakubuwono II, hingga Amangkurat V.

“Tetapi pernah mendengar [mengemuka] nama Souw (Oey) Phan Ciang atau Kapiten Sepanjang dan beberapa nama lain,” ucapnya.

Nama itu, lanjut dia, bahkan tidak Indonesia sekali. Padahal dia adalah panglima perang yang bersekutu dengan tentara Mataram Jawa di bawah pimpinan Pakubuwono II dan Mangkubumi saat itu berhasil merebut benteng di Kertasuro.

“Hampir saja koalisi ini mengusir Belanda dari Tanah Air,” ujarnya.

Menurut dia, kisah besar bangsa itu pada 1950 dan 1960-an menjadi bahan ajar sejarah anak-anak sekolah dasar (SD) atau sekolah rakyat (SR).

“Kisah ini kemudian menghilang puluhan tahun sehingga semua orang tidak mengenali lagi, siapa saudara orang Tionghoa ini,” ulas Azmi.

DPP PKB menggelar diskusi bertema Imlek dan Sejarah Kelam Diskriminasi di Indonesia. Hadir sebagai narasumber anggota DPR Daniel Johan, juru bicara Milenial PKB Mikhael Sinaga, Wali Kota Singkawang 2007-2012 Hasan Karman, dan Azmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya