SOLOPOS.COM - Ucik Fuadhiyah (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Tentu kita bersepakat ”ibu” secara umum merujuk pada perempuan yang telah melahirkan anak, lalu merawat, menyusui, dan membesarkan anak-anaknya. Dalam budaya masyarakat Jawa sangat kuat ideologi yang memandang perempuan dalam peran utama di lingkup rumah tangga.

Ini diperkuat dengan istilah kanca wingking. Ungkapan populer bahasa Jawa kanca wingking (dalam bahasa Indonesia berarti “teman di belakang”) ini secara konseptual begitu kuat mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Dari konsep tersebut boleh jadi memunculkan stereotipe seolah-olah dunia gerak perempuan (istri, ibu) hanya di ruang belakang. Tidak boleh tampak dominan di depan. Ruang lingkup itu dikenal dengan istilah  kasur, dapur, dan sumur.

Ada juga yang menyebut dengan istilah kasur, dapur, pupur. Kasur adalah alas untuk tidur/berbaring, biasanya di dalam kamar. Kasur dimaknai sebagi simbol harmoni dan seksualitas pasangan suami istri dalam rumah tangga.

Peran seorang ibu mengelola dan menjaga keseimbangan dalam hubungan seksualitas secara psikologis akan berdampak pada keseimbangan aspek yang lain dalam keluarga. Dapur pada umumnya terletak di bagian belakang rumah, tidak tampak dari depan.

Di dapur urusan bukan hanya memasak dan penyajian, tetapi perempuan juga dituntut mahir dan cerdas mengelola perekonomian keluarga agar tetap stabil dalam berbagai kondisi. Sumur adalah sumber air. Pada umumnya  sumur di belakang rumah.

Sumur amat penting karena menjadi simbol sumber kehidupan. Adapun pupur dalam bahasa Indonesia artinya bedak atau alat make-up wajah. Pupur menyimbolkan perempuan, termasuk seorang ibu, pada umumnya memang suka berdandan untuk mempercantik diri.

Seperti apa posisi dan urgensi perempuan sebagai ibu pada era globalisasi untuk mendukung pembangunan berkelanjutan? Apakah gerak dan peran ibu memang hanya di kasur, dapur, pupur, dan sumur?

Program pembangunan berkelanjutan atau dikenal dengan istilah Sustainable Development Goals (SDGs) mencakup berbagai isu global, termasuk kemiskinan, kelaparan, pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender, dan aksi iklim. Ada beberapa tujuan SDGs.

Pertama, mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di manapun. Kedua, mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian berkelanjutan.

Ketiga, memastikan  kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua orang segala usia. Keempat, mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan anak perempuan. Kelima, mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.

Keenam, memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Ketujuh, memastikan akses ke energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua.

Menilik tujuh tujuan tersebut tampak kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan cukup strategis. Membicarakan peran strategis atau urgensi perempuan sebagai sosok ibu pada era kini memang tidak dapat disamakan dengan perjuangan pada masa lampau, seperti Kartini, salah satu tokoh pemikir perempuan dan feminis Indonesia.

Tetty Yukesti (2015) dalam buku 51 Perempuan Pencerah Dunia menjelaskan Kartini dalam surat-suratnya memprotes kecenderungan budaya Jawa yang menghambat kemajuan perempuan, utamanya dalam pendidikan. Kartini menginginkan perempuan Indonesia mempunyai kebebasan untuk belajar.

Kartini adalah salah seorang perempuan pencerah dunia. Perempuan yang bukan hanya mampu memberdayakan diri, tapi berbuat sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup orang lain. Para pencerah dunia ini yakin bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Sebagai bukti buah pemikiran feminisnya, Kartini melalui surat-suratnya membahas kondisi sosial saat itu, khususnya kondisi perempuan di Indonesia. Setelah menikah ia justru semakin bersemangat memperjuangan kesetaraan hak pendidikan bagi perempuan, salah satunya dengan mendirikan sekolah bagi perempuan.

Sebagai istri seorang pejabat (bupati) ia tak lantas berdiam diri. Ia turut bekerja mengelola bisnis dengan  mengembangkan industri seni ukir di Jepara, Jawa Tengah.  Pada masa kini banyak perempuan yang menjadi ibu dengan pendidikan tinggi dan mampu mandiri.

Mereka berkarier dan mengelola bisnis mulai dari skala kecil (mikro) hingga dalam bisnis skala besar (makro). Persoalan yang muncul kemudian adalah justru anggapan bahwa sosok ibu yang berkarier, berbisnis, atau banyak melakukan aktivitas di wilayah publik (luar rumah) cenderung abai pada tugas domestik (rumah tangga).

Harus disadari dalam budaya masyarakat patriarki, seperti di Indonesia, anggapan seperti itu memang niscaya, tak terelakkan, dan akan tetap ada. Yang perlu dilakukan adalah perempuan mengoptimalkan potensi agar mampu berperan secara proporsional dan setara sesuai hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Sebagai ibu, perempuan hendaknya mampu menjadi teladan dan sumber kasih sayang bagi anak-anaknya. Anak-anak inilah generasi penerus yang akan melanjutkan arah pembangunan yang berdampak pada skala nasional maupun global.

Ibu memegang peran penting menyiapkan dan mendidik sumber daya manusia yang kuat jasmani dan rohani untuk melanjutkan arah dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Perempuan, ibu, bukan sekadar “lahan” tempat mencetak keturunan, bukan objek seksualitas semata.

Boleh jadi banyak perempuan berposisi ”di belakang”, wingking, namun peran ibu—yang tak tergantikan—adalah garda terdepan pencetak dan pendidik sumber daya manusia unggul dan bermartabat dalam melanjutkan arah dan tujuan pembangunan berkelanjutan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 22 Desember 2023. Penulis adalah dosen Universitas Negeri Semarang dan mahasiswa Program Doktoral Kajian Budaya Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya