SOLOPOS.COM - Tangkapan layar puluhan WNI yang diduga disekap di Myanmar. (Instagram @bebaskankami)

Solopos.com, SEMARANG — Sebanyak 20 orang warga negara Indonesia (WNI) diduga menjadi korban penyekapan dan disiksa di Myanmar. Puluhan WNI itu kini terancam dipisahkan dan diduga akan menjadi korban perdagangan manusia ke sejumlah perusahaan.

Seorang istri korban penyekapan, Ema Ulfatul Hilmiah, 28, menceritakan jika para korban ini sebelumnya diberangkatkan untuk bekerja di Thailand. Namun faktanya, korban justru dibawa ke Myanmar dan bekerja dengan tidak layak.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

“Suami saya awalnya enggak tahu [bila akan dibawa ke Myanmar]. Awalnya itu ditawari bekerja sebagai operator marketing di Thailand. Berangakat November 2022 kemarin. Tapi kenyataanya, malah sampai di tempat terpencil di Mnyanmar, di tengah-tengah hutan,” terang Ema saat dihubungi Solopos.com, Rabu (26/4/2023) petang.

Lebih lanjut, saat perjalanan dan setibanya di Bangkok, 20 orang WNI termasuk suami Ema itu langsung dibawa ke perbatasan Thailand dan Myanmar. Mereka dibawa pergi dengan kawalan dua orang bersenjata dan berseragam militer.

Di tempat terpencil yang ditak diketahui lokasi pastinya itu, mereka dipaksa bekerja mulai dari pukul 20.00 malam hingga pukul 13.00 siang. Tugas mereka adalah mencari kontak-kontak sasaran untuk ditipu melalui website atau aplikasi Crypto sesuai dengan target perusahaan. Apabila target tersebut tak tercapai, mereka akan dihukum secara fisik.

“Awalnya enggak ada hukuman. Tapi setelah dua pekan training, tiba-tiba bila target satu nomor orang luar negerinya enggak tercapai, ada hukumanya. Seperti lari, pushup, squat jump sampai 100-500 kali. Ada juga yang dalam lima hari enggak dapat satu kontak dicambuk dan disetrum,” jelasnya.

Respons Pemerintah

Ema pun berharap Pemerintah merepons permintaan atau mengulurkan tangan kepada ke 20 WNI yang telah meminta pertolongan pulang tersebut. Sebab, selain dipekerjakan tak layak, mereka saat ini juga diduga terancam diperdagangkan.

Ema saat ini sudah tidak mengetahui bagaimana kabar dari suaminya di Myanmar. Sebab, dirinya kali terakhir dihubungi suaminya pada Senin (24/4/2023) siang.

“Sampai sekarang belum ada kabar lagi. Saya dapat kabar itu saja karena suami curi-curi kesemptan. Di sana semua handphone (HP) dikumpulkan. Ada batas 10 menit dan satu pekan sekali boleh pegang HP. Itu pun disadap,” tegasnya.

Kasus dugaan penyekapan puluhan WNI di Myanmar ini juga sudah tersebar di media sosial melalui video yang diunggah akun @bebaskankami. Dalam video itu tampak sejumlah WNI terlihat putus asa sambil menatap kamera.

Their lives at stake. 4 of them going to be sold to another company tomorrow, while the other will be separated to another team that led by Chinese leader who were notorious for their cruelty punishment. In this video, they want the Indonesian government to see and remember their faces. The face that desperately asking for help. (Hidup mereka dipertaruhkan. 4 dari mereka akan dijual ke perusahaan lain besok, sementara yang lain akan dipisahkan ke tim lain yang dipimpin oleh pemimpin Cina yang terkenal dengan hukuman kejam mereka. Dalam video ini, mereka ingin pemerintah Indonesia melihat dan mengingat wajah mereka. Wajah2 putus asa memohon pertolongan). Please make it Viral!,” tulis akun tersebut dalam video unggahannya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Bebaskan Kami (@bebaskankami)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya