SOLOPOS.COM - Farhat Abbas (JIBI/Dok)

Hukuman mati yang ditegakkan Pemerintah Indonesia, justru dilawan oleh segelintir rakyatnya, yaitu Farhat Abbas.

Solopos.com, SOLO — Pengacara kontroversial Indonesia, Farhat Abbas, terus menggemakan perlawanannya terhadap kebijakan hukuman mati yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bukan tanpa alasan, kebijakan eksekusi mati terhadap para gembong narkoba, dimaksudkan sebagai langkah tegas memberantas peredaran obat terlarang di Indonesia.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Mungkin memang benar, bukan Farhat Abbas namanya, bila tidak membuat sensasi. Soal kebijakan negara tentang hukuman mati pun dikritik mantan suami penyanyi Nia Daniati tersebut.

Berdasarkan pantauan Solopos.com pada akun Twitter Farhat Abbas, @farhatabbaslaw, Rabu (11/3/2015), ia menulis sejumlah kicauan yang ia tujukan untuk memprotes presiden RI.

Kicau Farhat diawali dengan menjelaskan definisi hukuman mati versinya. [Baca: Farhat Abbas Temui Terpidana Mati Silvester Obiekwe, Ada Apa?]

“1. Hukuman mati itu adalah hukuman sampai mati dipenjara ! Bukan hukuman yg dimatiin (dieksekusi sampai mati)” tulis Farhat Abbas.

“2. Hukuman seumur hidup berarti seumur hidup dipenjara,” lanjut Farhat.

“3. Hukuman mati itu adalah hukuman yg tembak ditempat saat tertangkap tangan atau digrebek, bukan disidang, dipenjara lama trus dibunuh,” kicau Farhat seolah ingin menegaskan penjelasannya.

Kicau selanjutnya, Farhat menyebut Presiden RI tidak memahami definisi hukuman mati, sehingga menolak semua grasi yang sempat diajukan sejumlah petinggi negara terpidana narkoba, seperti Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, dan Presiden Brasil, Dilma Rousseff.

“Presiden tak mengerti definisi mati secara hukum & konstitusi, makanya semua grasi ditolaknya,” tuding Farhat.

Entah apa maksud Farhat kali ini. Melalui tweet selanjutnya, ia menyebut Presiden RI sebagai mesin penolak atau robot tega. Kicauan Farhat ini, ia tautkan dengan akun Twitter Tony Abbott.

Yg nolak grasi bukan presiden namanya, melainkan “mesin penolak” namanya, alias robot tega. @TonyAbbottMHR,” kicau Farhat.

Menurut Farhat Abbas, kematian adalah bentuk ketidakadilan, karena apabila hutang uang dapat dibayar,  maka berbeda halnya nyawa yang tidak dapat dikembalikan saat sudah mati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya