SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Ketua Badan Pengurus LSM Institut Setara mengatakan, tewasnya gembong teroris Noordin M Top tidak berarti terorisme di Indonesia menjadi lumpuh.

Menurut Hendardi dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu, masih terdapat kader-kader baru yang telah didik dengan cara pandang “xenophobia” (kebencian terhadap sesuatu hal yang dianggap asing/berbeda) dan pemikiran yang membenarkan tindak kekerasan.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Selain itu, ujarnya, masih terdapat sejumlah orang yang dinyatakan buron yang hingga kini masih belum ditangkap pihak kepolisian, seperti Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad alias Syaifudin Jaelani. Semua hal tersebut, lanjutnya, berpotensi menjadi cikal bakal teror baru di tengah masyarakat.

Ia memaparkan, termasuk dalam kelompok tersebut adalah pihak-pihak yang obsesif untuk mendirikan negara agama. Berbagai kelompok teror itu memeragakan praktik intoleransi dan kekerasan serta pemahaman Islam yang keliru sehingga harus terus diwaspadai.

Hendardi menegaskan, hal yang perlu diingat adalah Urwah, yang turut tewas dalam penggerebekan polisi, adalah mantan narapidana bom Kedutaan Australia yang gagal memperoleh pembinaan. Untuk itu, menurut dia, pihak Polri dan lembaga pemasyarakatan harus memberikan perhatian serius pada aspek pembinaan dan pemasyarakatan terhadap kelompok narapidana kasus terorisme.

Ia juga mengingatkan agar keberhasilan Polri, khususnya Densus 88 Anti Teror dalam memburu Nordin M Top, meski harus diapresiasi tetapi tidak boleh membuat Polri dan elemen negara lainnya menjadi terlena karenanya.
Ant/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya