SOLOPOS.COM - Pemberitaan mengenai Harold Shipman di salah satu koran utama Inggris. (timesopinion.tumblr.com)

Pemberitaan mengenai Harold Shipman di salah satu koran utama Inggris. (timesopinion.tumblr.com)

Dr Harold Shipman akhirnya menjalani sidang atas dakwaan telah membunuh setidaknya 15 orang pasiennya dan memalsukan surat wasiat korban terakhirnya. Akhirnya pada Senin sore, 31 Januari 2000, tiga bulan sejak sidang dimulai, pengadilan menyatakan Shipman bersalah atas 15 dakwaan pembunuhan, yaitu terhadap Marie West, Irene Turner, Lizzie Adams, Jean Lilley, Ivy Lomas, Muriel Grimshaw, Marie Quinn, Kathleen Wagstaff, Bianka Pomfret, Norah Nuttall, Pamela Hillier, Maureen Ward, Winifred Mellor, Joan Melia dan Kathleen Grundy, yang kesemuanya meninggal antara tahun 1995 hingga 1998. Shipman juga dinyatakan bersalah atas dakwaan memalsukan surat wasiat Kathleen Grundy.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

Shipman tetap menunjukkan raut muka tenang tanpa emosi saat keputusan sidang dibacakan. Istrinya, Primrose, menunjukkan ekspresi serupa. Dua anak laki-laki mereka hanya menunduk. Hakim Forbes yang memimpin sidang menyampaikan pidato pada Shipman. “Anda akhirnya menjalani proses hukum berdasarkan keputusan pengadilan ini. Saya tidak ragu dengan putusan ini, dan sekarang waktunya saya memutuskan hukuman untuk kejahatan yang sangat, sangat tak bermoral ini,” ujarnya.

“Setiap korban Anda adalah pasien Anda. Anda membunuh tiap-tiap orang dengan keahlian medis yang Anda salah gunakan, demi kejahatan dan tujuan tak bermoral Anda,” lanjut Hakim Forbes. “Anda mengambil keuntungan dan secara hina mengkhianati kepercayaan mereka,” imbuhnya. Hakim pun kemudian menyampaikan putusan akhirnya. Shipman dihukum penjara seumur hidup untuk tiap-tiap korbannya, alias 15 kali seumur hidup. Dia juga dihukum empat tahun penjara atas dakwaan pemalsuan.

Namun benarkah Shipman hanya membunuh 15 orang itu?

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan memperkirakan Shipman sebenarnya bertanggung jawab atas kematian setidaknya 236 pasiennya, dalam kurun waktu selama 24 tahun. Pemeriksaan yang dipimpin Profesor Richard Baker dari Universitas Leicester ini memeriksa jumlah dan pola kematian pasien yang ditangani Shipman yang dibandingkan dengan kondisi pada dokter lain. Ternyata terlihat bahwa tingkat kematian pasien Shipman jauh lebih tinggi dibandingkan dokter lain, khususnya pasien yang berusia lanjut. Sebagian besar pasien Shipman yang meninggal ini adalah perempuan yang berusia di atas 75 tahun.

Shipman, 55, kemudian menjalani hukumannya di Penjara Frankland, Durham. Bulan Juni 2003, dia dipindahkan ke Penjara Wakefield. Namun tanpa diduga, Selasa 13 Januari 2004, pukul 06.00, dia ditemukan sudah bunuh diri di dalam selnya dengan cara menggantung diri menggunakan seprei yang diikatkan ke terali jendelanya.

Menanggapi kematian Shipman, pendapat masyarakat pun terbagi dua. Ada yang merasa gembira dengan kematiannya. Namun sebagian lagi, terutama kerabat para korbannya, justru menyesalkan kematiannya. Menurut mereka, aksi bunuh diri itu adalah wujud kepengecutan Shipman yang menghindar dari hukuman penjara seumur hidup yang harus dijalaninya. Danny Mellor yang mendiang ibunya adalah korban Shipman termasuk salah satu orang yang mencap sang dokter sebagai pengecut. “Saya selalu membayangkan suatu hari bisa mencegatnya dan menanyainya, kenapa dia melakukan pembunuhan itu. Kini saya tak bisa melakukannya lagi,” sesalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya