SOLOPOS.COM - Ruang kerja dr Harold Shipman di tempat praktiknya di Hyde, Greater Manchester, Inggris. Meski sempat dihadapkan pada sidang komisi medis lantaran menyalahgunakan obat-obatan pasien, Shipman ternyata masih bisa berpraktik sebagai dokter. (spokeo.com)

Ruang kerja dr Harold Shipman di tempat praktiknya di Hyde, Greater Manchester, Inggris. Meski sempat dihadapkan pada sidang komisi medis lantaran menyalahgunakan obat-obatan pasien, Shipman ternyata masih bisa berpraktik sebagai dokter. (spokeo.com)

Dokter Harold Shipman dicurigai bertanggung jawab atas kematian sejumlah pasiennya. Sayangnya, tanda-tanda ketidakberesan sepanjang riwayatnya sebagai dokter rupanya gagal dicermati meski itu sudah terlihat sejak dia masih menjadi dokter muda.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Ketidakberesan itu bermula saat dia masih praktek di sebuah klinik di kota kecil Todmorden, wilayah Yorkshire, Inggris. Juru rekam medis Marjorie Walker merasa curiga dengan ketidakwajaran yang ada pada catatan penggunaan obat bius dan penenang yang ada. Dia melihat bahwa dr Shipman secara rutin meresepkan pethidine, sejenis obat penghilang rasa sakit yang sifatnya mirip morfin, dalam jumlah cukup besar pada sejumlah pasien rawat inap. Kemudian dia juga terlihat meresepkan obat serupa pada sejumlah pasien rawat jalan, juga dalam jumlah di atas batas kewajaran.

Mendapat laporan ketidakberesan ini, sejumlah dokter senior di klinik itu segera melakukan penyelidikan secara diam-diam. Salah satu dokter, John Dacre, segera melihat bahwa sebagian besar pasien yang tercatat diberi resep pethidine itu sebenarnya sama sekali tak membutuhkannya. Yang membutuhkannya pun ternyata tak menerimanya sesuai dosis yang diberikan.

Dacre segera menggelar rapat untuk “menyidangkan” Shipman. Di hadapan dokter muda itu dibeberkan semua bukti manipulasi resep. Sadar posisinya di ujung tanduk, Shipman mula-mula memohon-mohon agar dia diberi kesempatan kedua. Saat para atasannya bergeming, sikap Shipman berubah 180 derajat. Dia pun mengamuk, membanting pintu dan membanting tas. Para atasannya kaget, namun keputusan mereka tak berubah. Apalagi setelah Primrose, istri Shipman, datang ke klinik dan juga mendesak agar suaminya segera dikeluarkan.

Shipman pun dipecat dan dikirimkan ke sebuah klinik rehabiltasi Narkoba seraya menjalani proses penyelidikan komite etika kedokteran. Namun ketika proses penyelidikan rampung dua tahun kemudian, tahun 1977, sanksi yang diterimanya ternyata relatif ringan. Dia hanya didenda ringan untuk dakwaan penyalahgunaan obat. Untuk dakwaan pemalsuan resep bahkan tak ada sanksi karena pemalsuan yang dilakukannya dianggap asal-asalan dan segera ketahuan. Namun perilaku seperti itu, manipulasi dan pemalsuan, segera menjadi kebiasaannya bertahun-tahun kemudian.

Yang lebih ironis, Shipman kemudian bisa praktek lagi sebagai dokter umum, meski bukan di klinik lamanya. Dia melamar dan diterima bekerja di sebuah rumah sakit, Donneybrook Medical Center di Kota Hyde, Inggris utara. Padahal di masa sekarang, dokter yang punya masalah dengan tuduhan penyalahgunaan obat seperti Shipman harus diawasi ketat dan tak boleh meresepkan apa pun tanpa pengawasan. Namun di sini kemampuan Shipman dalam mengambil hati dan meyakinkan orang berperan besar.

Dr Jeffery Moysey, salah satu dokter senior di rumah sakit itu mengakui kalau Shipman saat itu mampu meyakinkan semua orang bahwa ia sudah insaf. “Dia sama sekali tak menutupi masa lalunya. Dia bilang ‘saya dulu pernah punya masalah, saya sudah menjalani rehabilitasi, kini saya bersih. Silakan awasi saya agar saya tak berbuat salah lagi,'” kata Moysey. Shipman pun seperti biasa bekerja keras, menunjukkan keramahan dan kepedulian yang luar biasa terhadap para pasiennya dan mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari lingkungan warga dan tempat kerjanya.

Sayangnya, semua itu hanya kedok belaka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya