SOLOPOS.COM - Harold Shipman (radiotimes.com)

Harold Shipman (radiotimes.com)

Alan Massey, seorang pengurus rumah duka di kota kecil Hyde, wilayah Cheshire, Inggris, merasa heran sekaligus curiga dengan sejumlah jenazah yang ditanganinya sejak beberapa lama. Jenazah-jenazah yang dicurigainya itu kesemuanya diketahui sebagai pasien seorang dokter setempat, Harold Shipman.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Yang membuatnya mulai menaruh curiga adalah kenapa banyak sekali pasien dokter ini yang kemudian meninggal dunia. Dia juga curiga dengan kondisi jenazah saat meninggal, yang dilihatnya saat dia mengambil mereka. Dalam pandangannya, posisi “wajar” yang diperlihatkan jenazah-jenazah itu justru aneh. Ada yang duduk di kursi, berbaring di tempat tidur, namun kesemuanya dalam kondisi berpakaian lengkap dan rapi, tidak ada yang memperlihatkan dalam kondisi tengah sakit parah. Para pasien yang meninggal itu juga punya kesamaan latar belakang: perempuan, berusia lanjut dan tinggal sendiri. “Ada yang enggak beres,” pikirnya.

Massey berupaya menjawab rasa penasarannya dengan langsung menemui Shipman. Agar tak mengundang kecurigaan, dia pura-pura bertanya pada sang dokter, apakah ada keluhan khusus dari pasien-pasiennya yang kemudian meninggal itu. Shipman dengan tenang menjawab bahwa tak ada masalah apa-apa. Dia bahkan mengeluarkan dokumen sertifikat kematian para pasiennya itu yang menunjukkan bahwa semua pasien itu meninggal “wajar.” “Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Siapa saja bisa melihat catatan ini,” ujar Shipman.

Massey cukup puas dengan jawaban Shipman. Namun Debbie Brambroffe, putrinya yang juga berkecimpung di bidang permakaman dan sama-sama curiga, tetap tak puas. Dia berbagi kecurigaan ini dengan seorang dokter lain, Susan Booth. Susan juga menaruh perhatian pada banyaknya pasien Shipman yang meninggal karena dia sering menjadi saksi untuk proses kremasi jenazah.

Susan mengungkapkan kecurigaannya pada sejumlah sejawatnya. Salah satunya, dr Linda Reynolds, mengontak ahli forensik John Pollard, yang kemudian melapor ke polisi. Secara diam-diam data-data kematian pasien Shipman diteliti. Tapi saat itu polisi menganggap semuanya wajar dan tak ada yang perlu dicurigai.

Kemudian terjadi peristiwa kematian Kathleen Grundy yang mendadak pada 24 Juni 1998. Kematian perempuan berusia 81 tahun ini sangat mengejutkan semua orang yang mengenalnya. Kathleen memang bukan perempuan biasa. Dia pernah jadi walikota setempat dan di usia lanjutnya dia masih sangat aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Kathleen yang tinggal sendirian ditemukan meninggal dalam posisi terbaring di sofa dalam kondisi berbusana untuk beraktivitas, bukannya baju rumah atau baju tidur. Dokter pribadinya saat itu adalah Harold Shipman.

Angela Woodruff, putri Kathleen, sangat terpukul dengan kematian sang ibu yang mendadak itu. Tapi ada yang lebih membuatnya kaget. Usai pemakaman, dia menerima telepon dari pengacara yang mengurus surat wasiat sang ibu yang memintanya memeriksa surat wasiat yang ada. Surat wasiat itu menyebutkan adanya warisan sebesar 386.000 poundsterling yang kalau dirupiahkan dalam kurs sekarang berjumlah Rp 5,7 miliar. Uang itu diwariskan kepada … Harold Shipman!

Bukan hanya isi surat itu yang membuat Angela curiga. Surat itu sendiri diketik dengan mesin ketik biasa dan sangat tidak rapi. Tanda tangan ibunya yang tertera di sana juga tak terlihat seperti biasanya. Angela yakin surat itu palsu, apalagi karena sang ibu sangat terkenal karena suka menuntut kerapian dalam hal apa saja, tak terkecuali surat-surat penting. Benarkah ini ulah Shipman?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya