SOLOPOS.COM - Anggota TNI, Polisi, PNS, Ormas dan pelajar mengikuti upacara bendera peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Tugu Kebangkitan Nasional atau Tugu Lilin, Solo, Senin (21/5/2012). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Solopos.com, JAKARTA—Bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) setiap 20 Mei. Secara historis Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei sebenarnya merupakan hari lahirnya sebuah organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 atau 37 tahun sebelum Indonesia merdeka.

Jadi, Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei identik dengan Boedi Oetomo, sebuah nama dalam ejaan lama Bahasa Indonesia, yang kemudian ditulis menadi Budi Utomo. Meski demikian, Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei tidak menjadi hari libur nasional.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Selain Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, terdapat lima hari besar nasional lainnya yang bukan hari libur nasional atau tanggal merah.

Baca Juga: Hari Kebangkitan Nasional Kuasai Trending Topic Medsos

Hal ini berdasarkan pada Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Keppres tersebut ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

Dalam Keppres tersebut ada enam hari bersejarah yang dijadikan sebagai hari nasional bukan hari libur yaitu:

– Hari Pendidikan Nasional (2 Mei)

– Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei)

– Hari Angkatan Perang/TNI (5 Oktober)

– Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober)

– Hari Pahlawan (10 November)

– Hari Ibu (22 Desember)

Baca Juga: HARI KEBANGKITAN NASIONAL : Pelajar SD Ini Ajak Masyarakat Bangkit Melawan Kemalasan

Dalam buletin Arsip Nasional edisi 63 tahun 2014 bertajuk Jejak Kebangkitan Nasional, seperti dikutip dari Bisnis, sembilan mahasiswa STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen) mendirikan Budi Utomo di lingkungan sekolah yang mendapatkan pengawasan ketat dari pemerintah Hindia Belanda.

Budi Utomo mempunyai tujuan mulia untuk memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi kaum pribumi atau rakyat jelata agar mendapat hak mendapatkan pendidikan yang sama dengan kaum priyayi atau elite. Budi Utomo kemudian melahirkan tokoh-tokoh sejarah seperti Goenawan Mangoenkoesoemo, Latumeten, dan Soetomo.

Ada pertanyaan menggelitik, mengapa sejarah kelahiran Budi Utomo itu tidak dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang diperingati setiap 2 Mei?

Baca Juga: Kebangkitan Nasional Menuju Normalitas Baru

Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei justru menggunakan tanggal kelahiran Pahlawan Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, yang lahir pada 2 Mei 1889.

Dilihat dari usianya, Ki Hadjar Dewantara kala itu berusia 19 tahun lebih 18 hari saat Budi Utomo dicanangkan. Yang jelas, Budi Utomo dianggap sebagai organisasi modern pertama di Indonesia yang mengawali tumbuhnya rasa nasionalisme.

Dalam buletin Arsip Nasional bertajuk Jejak Kebangkitan Nasional itu, sejarawan Bonnie Triyana, mengakui masih ada diskusi panjang lebar mengenai apakah benar Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama yang mengawali tumbuhnya nasionalisme yang dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei oleh Presiden Soekarno.

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa 20 Mei Diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional

“Namun harus diingat juga bahwa melihat sejarah bukan hanya siapa yang lebih dulu, melainkan siapa yang mendatangkan kegunaan bagi pembebasan nasional Indonesia.”

“Dengan demikian organisasi-organisasi lain seperti Indische Partij, Sarekat Islam, dan bahkan Partai Komunis Indonesia pun bisa dihitung sebagai organisasi yang menyumbangkan kekuatan bagi bangkitnya rasa nasionalisme Indonesia,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya