Solopos.com, SOLO—Ini catatan di Hari AIDS. Sedikitnya 290 ibu rumah tangga di Soloraya tertular virus HIV/AIDS hingga Oktober 2013.
Mayoritas dari ibu rumah tangga ini menjadi korban karena perilaku tak sehat pasangan mereka. Kondisi tersebut diperparah minimnya informasi mengenai HIV/AIDS bagi ibu rumah tangga.
Promosi Dirut BRI dan CEO Microsoft Bahas Akselerasi Inklusi Keuangan di Indonesia
“Sebagian besar kasus disebabkan perilaku suami,” ujar pegiat HIV/AIDS dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Alam, Yunus Prasetya, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (30/11/2013).
Yunus memprediksi kasus HIV/AIDS yang belum terungkap di kalangan ibu rumah tangga jumlahnya masih besar. “Fenomena penyakit ini ibarat gunung es. Kalau yang terdata 100, berarti yang belum terungkap bisa 400 sampai 500 kasus,” kata dia.
Menurut Yunus, kecenderungan penularan HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga disebabkan suami yang notabene lelaki berisiko tinggi (LBT).
Menurut dia, ibu rumah tangga yang dulu tidak dianggap berisiko tertular HIV/AIDS kini justru sangat rentan mengidap penyakit tersebut. Pasalnya, suami berstatus LBT saat ini lebih sulit terdeteksi seiring penghapusan lokalisasi di Silir, Semanggi.
“Pekerja seks komersial (PSK) di Solo kini tersebar di salon hingga hotel-hotel. Padahal tiap harinya ada transaksi,” tuturnya.
Yunus menambahkan kondisi itu diperparah minimnya informasi mengenai HIV/AIDS bagi ibu rumah tangga. Dia menjelaskan selama ini pegiat HIV/AIDS cenderung hanya berkutat pada kelompok risti yakni PSK, gay dan waria.
“Kita sudah kecolongan. Tren HIV/AIDS di masyarakat sudah berkembang. Sementara jangkauan info mengenai penyakit itu belum mencapai akar rumput,” ucapnya.