SOLOPOS.COM - (Reuters)

(Reuters)

Jakarta (Solopos.com)–Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) Agustus mengalami penurunan menjadi US$ 111,67 per barel. Periode sebelumnya, ICP berada pada posisi US$ 117,15 per barel

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Seperti yang dikutip dalam situs resmi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (6/9/2011), disampaikan terjadi penurunan sebesar US$ 5,48 per barel untuk ICP Agustus.

Sementara itu, harga Minas/SLC mencapai US$ 114,91 per barel. Mengalami penurunan US$ 4,12 per barel dari US$ 119,03 per barel pada bulan sebelumnya.

Berikut ini adalah perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Agustus 2011 dibandingkan Juli 2011:

* WTI (Nymex) turun sebesar US$ 11,12 per barel dari US$ 97,34 per barel menjadi US$ 86,22 per barel.
* Brent (ICE) turun sebesar US$ 7,00 per barel dari US$ 116,74 per barel menjadi US$ 109,74 per barel.
* Tapis (Platts) turun sebesar US$ 4,98 per barel dari US$ 120,87 per barel menjadi US$ 115,89 per barel.
* Basket OPEC turun sebesar US$ 5,30 per barel dari US$ 111,62 per barel menjadi US$ 106,32 per barel.

Tim Harga Minyak Indonesia menyampaikan, penurunan harga minyak tersebut seiring dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang juga mengalami penurunan.

Ada faktor penyebabnya, yaitu masih memburuknya proyeksi perekonomian AS akibat tingginya hutang, sehingga perlu disepakati adanya peningkatan limit hutang pemerintah Federal AS untuk menghindari gagal bayar.

Hal ini tercermin dari indikator aktivitas binis, baik sektor manufaktur maupun non manufaktur, sehingga tingkat konsumsi individu mengalami penurunan. Maka itu kebutuhan untuk minyak pun ikut turun yang mendorong harganya tertekan.

Kemudian, rating kredit AS diturunkan oleh lembaga pemeringkat Standard&Poor yang mengindikasikan jatuhnya tingkat kepercayaan atas kemampuan ekonomi AS dan berlarutnya krisis hutang zona Eropa yang mulai menyebar kepada kekuatan utama ekonomi Eropa seperti Prancis, Spanyol dan Italia.

“Berdasarkan publikasi IEA (International energy Agency) dan OPEC bulan Agustus 2011, proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global tahun 2011 menunjukkan penurunan dibandingkan proyeksi sebelumnya,” kata Tim Harga Minyak.

Dilanjutkan, IEA (International Energy Agency) juga merevisi pertumbuhan permintaan minyak global tahun 2011 menjadi sebesar 1,2 juta barel per hari atau turun 0,1 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya. Ini akibat tingginya harga minyak dan melemahnya proyeksi ekonomi global. Sementara OPEC merevisi pertumbuhan permintaan minyak global tahun 2011 menjadi sebesar 1,2 juta barel per hari atau turun 0,15 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya akibat rendahnya tingkat konsumsi selama driving season.

Ada juga faktor lain yang mempengaruhi harga minyak Agustus, yakni dengan meningkatnya pasokan minyak global setelah OPEC mampu meningkatkan produksinya hingga 30 juta barel per hari pada bulan Juli 2011, khususnya atas usaha peningkatan produksi Arab Saudi dan ketegangan geopolitik di Libya yang mulai menunjukkan tanda-tanda akan segera mereda setelah semakin terdesaknya pasukan Khadafi di Tripoli sehingga berpotensi mengembalikan pasokan minyak dari kawasan tersebut.

Sedangkan, di kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak disebabkan menurunnya permintaan gasoline di China yang mengindikasikan melambatnya perekonomian China sebagai imbas memburuknya perekonomian global.

(detik.com/tiw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya