SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Rahmatullah)

Harga minyak dunia yang anjlok selama beberapa bulan terakhir juga memaksa Pertamina melakukan penghematan.

Solopos.com, JAKARTA — Terus anjloknya harga minyak dunia membuat PT Pertamina (Persero) harus melakukan penghematan untuk menutupi penurunan kinerja keuangan dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas).

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Direktur Utama (Dirut) Pertamina, Dwi Soetjipto, mengatakan terus anjloknya harga minyak dunia memukul industri hulu migas, karena menggerus pendapatan sektor unggulan badan usaha milik negara itu. Perseroan pun mencari jalan terbaik untuk menjaga kondisi keuangannya.

“Kami akan mencoba untuk memperbaikinya dari aspek efisiensi di perusahaan,” katanya di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/2/2015).

Dwi Soetjipto menuturkan salah satu langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan adalah memindahkan peran PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) ke Pertamina melalui Integrated Supply Chain (ISC). Divisi tersebut bertugas melakukan proses lelang untuk bahan bakar minyak, yang sebelumnya dilakukan Petral.

Menurutnya, perusahaan dapat melakukan efisiensi yang cukup signifikan dari pemindahan proses lelang tersebut. Dia juga menyebutkan penurunan harga minyak dunia membuat perusahaan kembali melakukan kajian terkait kajian yang akan dicapai tahun ini.

“Kami masih review, dan mudah-mudahan pertengahan Februari dapat kami selesaikan, karena memang posisi harganya sudah berubah,” ujarnya.

Pertamina juga sebelumnya akan melakukan evaluasi peluang efisiensi dari lapangan migas yang biaya produksinya tinggi. Apabila biaya produksi pada aset bisnis hulu yang dijalankan masih lebih rendah dibandingkan dengan harga jual dan masih termasuk perhitungan harga keekonomian, maka aset bisnis akan dilanjutkan.

Pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Pertamina 2015, target produksi gas sebesar 1,667 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Jumlah tersebut meningkat 6 persen dari RKAP 2014, yakni 1,567 mmscfd. Realisasi produksi gas prognosa di 2014 sendiri hanya mencapai 1,554 mmscfd.

Sementara itu, laba bersih Pertamina (belum diaudit) pada 2014 hanya sebesar US$1,57 miliar atau sekitar Rp18,8 triliun. Padahal, di 2013, laba bersih Pertamina mencapai US$3,06 miliar atau sekitar Rp36,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya