Harianjogja.com, JOGJA – Harga kedelai impor di sejumlah pasar di Jogja melejit, seiring naiknya kur mata uang dolar. Kondisi ini berdampak pada usaha tempe.
Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar
Pemilik pabrik tempe Super Dangsul, Viska Syahrul, 36 mengatakan harga kedelai saat ini Rp9.000 meningkat tajam dari sebelumnya saat Lebaran, Rp7.500 per kilogram.
“Kami dan perajin tempe lainnya jelas makin berat,” ujar Syahrul, Jumat (23/8/2013).
Perajin tempe yang memulai usahanya sejak tahun 1998 ini merasa kesulitan untuk menyiasati produksi tempenya. Pasalnya, apabila harga tempe dinaikkan, nantinya akan berakibat pada daya beli konsumen. Kendala inilah yang kini tengah dihadapi para perajin tempe lainnya.
“Itu jadi kendala kami. Kalau harga dinaikkan, kami bisa kehilangan pembeli. Tapi secara keseluruhan jelas omzet kami menurun 10 persen sampai 15 persen,” tandas Syahrul.
Menurut dia, saat ini perajin tempe masih sangat bergantung pada kedelai impor. Petani lokal masih belum dapat mencukupi kebutuhan kedelai lokal.