SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO—Sejak Senin (2/9/2013) lalu pasokan tempe dan tahu ke pasar mulai berkurang. Bahkan pada Senin-Rabu (9-11/8) pekan depan pasokan tahu dan tempe benar-benar berhenti akibat mogoknya pengrajin tahu dan tempe.

Mogoknya produksi tahu dan tempe tersebut tidak hanya lokal Solo namun secara nasional. Pengrajin tahu dan tempe sebagai salah satu bentuk protes melambungnya harga kedelai. Pedagang tahu dan tempe di Pasar Legi, Parni, mengatakan sudah mendapat pemberitahuan pengrajin tahu dan tempe akan berhenti produksi.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

Dia menjelaskan sejak Senin lalu, dia hanya bisa mendapat pasokan 300 bungkus tempe dari biasanya 400-500 bungkus. Sedangkan tahu hanya mendapat pasokan enam kaleng dari biasanya sembilan kaleng, satu kaleng berisi 300 biji tahu.
“Hari ini tadi pasokan tahu dan tempe kosong,” kata Parni kepada wartawan di kiosnya, Rabu (4/9).

Dengan berhentinya produksi tahu dan tempe, Parni mengaku pasrah dan memilih untuk libur jualan. Selain sedikitnya pasokan barang, harga tahu dan tempe di dari produsen juga naik. Menurut Parni, setiap pembelian satu kilogram tahu dari produsen naik Rp3.000 sedangkan harga jual eceran naik Rp100 per biji. Harga per kilogram tempe juga naik Rp4.000 dan harga jual naik Rp200 per bungkus.

“Kenaikan harga sudah terjadi sejak awal pekan [Senin] lalu,” ujarnya.
Dia mengatakan untuk tahu biasanya kulak dari Komplang, Banjarsari sedangkan tempe kulak dari Mojosongo. Sementara itu, pedagang tempe lainnya, Rahmi, menuturkan tidak menaikkan harga jual meski harga beli dari pengrajin naik Rp100 per bungkus. Dia mengatakan saat ini masih menjual tempe dengan harga Rp3.000 per bungkus. Hal tersebut terpaksa ia lakukan karena sepinya pembeli.

“Harga tidak naik saja, pembeli sedikit, apalagi kalau harga dinaikkan. Nanti tidak laku [kalau harga dinaikkan],” tutur Rahmi.

Sepinya pembeli juga memaksa Rahmi mengurangi barang dagangan. Dia menuturkan mengurangi barang dagangan sekitar 20 bungkus tempe dari biasanya 60-80 bungkus menjadi sekitar 45 bungkus per hari. Rahmi mengatakan rasa tempe apabila dimasak sudah tidak segurih sebelumnya.

Hal ini karena beberapa pengrajin ada yang memasukkan kulit kedelai ke dalam tempe.
“Beberapa pengrajin tempe ada yang mengikutkan kulit kedelai supaya tidak rugi banyak. Soalnya kalau hanya kedelai, tempenya jadinya kecil,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya