SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi kedelai (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Foto ilustrasi kedelai (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Harianjogja.com, JOGJA—Minimnya stok kedelai membuat Bulog DIY belum mampu melaksanakan fungsi sebagai stabilitator harga untuk kedelai.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Padahal dalam beberapa pekan terakhir ini, harga kedelai melambung dari sekitar Rp6.500 per kilogram menjadi Rp8.700 hingga Rp9.000.

Selain dipicu melonjaknya harga kedelai impor akibat dari melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, kenaikan tersebut juga dipengaruhi oleh semakin minimnya stok kedelai di pasaran.

Kepala Bulog Divre DIY Awaludin Iqbal mengungkapkan untuk DIY, produksi kedelai setiap bulan mencapai 3.000 ton sedangkan kebutuhan kedelai di DIY per bulan mencapai 2.600 ton.

“Tapi musim panen tidak terjadi sepanjang tahun dan saat ini memang bukan saat panen. Hal inilah yang membuat fluktuasi harga,” ujar dia, Rabu (28/8/2013).

Dia juga mengakui, saat ini untuk DIY, stok kedelai hanya yang ada di pasaran dan Bulog DIY tidak memiliki stok untuk kedelai. “Meski stok menipis tapi masyarakat tak perlu khawatir akan terjadi kelangkaan, sebab stok di pasaran masih ada,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya