SOLOPOS.COM - Seorang pekerja pabrik tahu di Ngemplak, Boyolali tengah menggoreng tahu yang selanjutnya dijual di Pasar Legi, Solo. Makin membubungnya harga kedelai saat ini membuat para perajin tahu dan tempe mengancam bakal mogok produksi pekan ini untuk menuntut perhatian pemerintah. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Seorang pekerja pabrik tahu di Ngemplak, Boyolali tengah menggoreng tahu yang selanjutnya dijual di Pasar Legi, Solo. Makin membubungnya harga kedelai saat ini membuat para perajin tahu dan tempe mengancam bakal mogok produksi pekan ini untuk menuntut perhatian pemerintah. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

JAKARTA – Kenaikan harga kedelai impor mencapai Rp8.200 per kg atau naik 49% dibandingkan dengan awal tahun ini Rp5.500 per kg, membuat perajin tahu dan tempe khawatir. Kenaikan biaya produksi secara signifikan ini tak bisa mereka jawab dengan menaikkan harga jual.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Asep Nurdin, Ketua Kopti Jawa Barat, mengatakan semakin meroketnya harga kedelai, Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) berencana akan menggelar aksi mogok produksi selama tiga hari yakni pada Rabu (25/7/2012) hingga Jumat (27/7/2012).

“Sekitar 150.000 produsen tahu tempe di Indonesia sudah dikoordinasikan untuk menghentikan produksi selama tiga hari,” ujarnya, hari ini (23/7/2012).

Sementara itu, Ketua Kopti DKI Jakarta Suharto mengatakan selama ini tinggi rendahnya harga kedelai di pasar domestik sangat tergantung pada mekanisme pasar. Lantaran banyaknya beredar kedelai impor dibandingkan kedelai lokal, mengakibatkan harga kedelai eceran turut dipengaruhi harga kedelai pasar internasional.

Isu gagal panennya pertanian kedelai di Amerika Serikat dan Eropa membuat harga di pasar internasional terus merangkak naik, begitu juga di pasar domestik. Untuk mendapatkan kedelai lokal, katanya, sudah tidak ada lagi, karena seluruh kedelai yang ada di eceran kebanyakan kedelai impor dari AS.

Dia menjelaskan aksi unjuk rasa yang dilakukan perajin tahu dan tempe ditujukan agar mendapat perhatian pemerintah. Beberapa tuntutan mereka yaitu agar pemerintah mau mengendalikan batasan harga eceran. “Bulog harusnya bisa difungsikan lagi sebagai buffer stock komoditas kedelai, sehingga harga juga bisa dikendalikan,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya