SOLOPOS.COM - Ismet Inono (JIBI/Dok)

Harga kebutuhan pokok masih stabil tinggi setelah Lebaran. BI Solo menilai kondisi itu masih bisa ditoleransi.

Solopos.com, SOLO — Masyarakat dinilai pasrah dalam menghadapi tingginya harga barang meski Lebaran hampir sebulan berlalu.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Ismet Inono, menyampaikan penurunan daya beli membuat masyarakat cenderung berperilaku di luar kebiasaan dengan pasrah menghadapi harga barang yang hingga kini masih stabil tinggi.

Dia mengatakan di tengah kondisi harga yang terus melambung, masyarakat mencoba beralih dengan mencari alternatif lain, seperti beralih dari daging sapi ke daging ayam ras. Namun hal itu juga menimbulkan demand baru dan membuat harga daging ayam ras terkerek.

“Harga yang stabil tinggi ini memang berpengaruh terhadap perekonomian dan memberatkan masyarakat tapi masih bisa ditoleransi. Hal ini karena dibarengi dengan pergerakan ekonomi sehingga masyarakat masih mampu membeli barang-barang tersebut meski tidak seperti sebelumnya,” ungkap Ismet kepada , Rabu (12/8/2015).

BI mengaku optimis perekonomian di triwulan III ini akan tumbuh positif karena pemerintah akan menggelontorkan dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan APBD.

Hal ini diharapkan mampu menggeliatkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan daya beli.

Dia mengatakan tingginya harga setelah Lebaran ini merupakan siklus tahunan tapi biasanya hanya bertahan satu bulan hingga dua bulan dan setelah itu kembali normal dan kembali naik menjelang akhir tahun. Dia pun mengaku optimistis pada September atau Oktober akan mengalami deflasi.

“Walaupun ini siklus tahunan dan bisa dibaca tapi antisipasi yang dilakukan tidak bisa selalu sama, misal penambahan impor ketika pasokan berkurang. Di tengah kondisi seperti saat ini, penambahan impor bukan solusi yang tepat karena akan semakin menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” kata dia.

Dia mengungkapkan kondisi ini bisa diatasi dengan terciptanya ketahanan pangan nasional. Namun hal itu membutuhkan waktu karena membutuhkan infrastruktur, teknologi, hingga pembibitan yang baik.

“TPID [Tim Pengendalian Inflasi Daerah] selalu berupaya supaya harga volatile food [inflasi komponen bergerak] tetap normal. Oleh karena itu, sharing info melalui kondisi pasokan pangan TPID se-Soloraya dan monitoring ke distributor akan kembali dilakukan sehingga diharapkan mampu menekan ekspektasi masyarakat,” ujar Wakil Ketua TPID Solo ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya