SOLOPOS.COM - Pedagang menata buah lokal dan buah impor yang dijual di Pasar Gede Solo, Senin (18/2/2013). (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

Pedagang menata buah lokal dan buah impor yang dijual di Pasar Gede Solo, Senin (18/2/2013). (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

SOLO — Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Solo mengklaim pembatasan impor buah belum berdampak signifikan terhadap gejolak pasar. Tetapi kondisi di pasar, harga buah-buahan terus merangkak naik.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

“Pembatasan impor sejumlah komoditas belum berdampak, kecuali daging sapi,” kata Kepala KKP Solo, Rohanah, saat ditemui wartawan, di ruang kerjanya Senin (18/2/2013).

Rohanah mengatakan, harga daging sapi melonjak hingga dua kali lipat pascapembatasan impor daging sapi. Jika sebelumnya harga daging sapi bisa diperoleh dengan harga Rp40.000 hingga Rp50.000 per kilogram seperti tingkat harga di Malaysia dan Singapura, sekarang nyaris mencapai kisaran harga Rp80.000 hingga Rp90.000 per kilogram. “Ini yang menjadi masalah. Tapi beruntung daging sapi bukan bahan pokok utama masyarakat.”

Sementara, mengenai ketersediaan pasokan buah khususnya buah yang terkena pembatasan impor, menurut Rohanah, masih bisa dipenuhi dari ketersediaan buah-buah lokal. Dari 26 pasar tradisional dan mal swalayan yang ada di Solo, rata-rata masih menyediakan stok buah cukup, meskipun harganya mengalami kenaikan.

“Banyak pedagang yang mungkin masih bisa mengambil pasokan dari luar kota.” Menurutnya, pembatasan impor buah ini justru signifikan mendongkrak pasar buah lokal. Memang, lanjut dia, harga buah lokal terkadang jauh lebih tinggi dari buah impor. “Maka menurut saya ini sudah menjadi masalah nasional yang harus diselesaikan oleh semua pemangku kepentingan.”

Seperti diketahui, Januari lalu pemerintah tidak mengeluarkan rekomendasi impor untuk enam jenis buah-buahan, yaitu durian, nanas, melon, pisang, mangga dan pepaya.

Salah seorang pedagang buah di Pasar Gede, Ny Jumadi, menyampaikan dengan aturan itu saat ini pasokan buah impor di Pasar Gede terus menurun. “Pasokan turun sudah sampai 70%. Di tempat saya saja, kalau biasanya dapat pasokan 30 box buah per hari, sekarang tinggal 10 box per hari,” kata dia.

Kemudian, kata dia, harga buah-buahan pun terus terkerek. Harga anggur yang dua pekan lalu masih berkisar Rp60.000 per kilogram dari harga normal Rp30.000 per kilogram, saat ini sudah Rp85.000 per kilogram.

“Rata-rata harga buah sudah naik 70%.” Harga jeruk mandarin yang sebelumnya bisa diperoleh di bawah harga Rp10.000 per kilogram sekarang sudah bertengger di harga Rp25.000 per kilogram. Buah pir siangli yang sebelumnya hanya Rp20.000 per kilogram sekarang sudah Rp35.000 per kilogram.

Bagi kalangan pedagang  buah, kenaikan harga dan berkurangnya pasokan ini mulai terasa pasca Imlek. Masyarakat cenderung akan mengurangi konsumsi buah karena harganya yang melambung. Bahkan menurutnya, saat ini konsumsi buah sudah menurun 50%.

“Prediksi saya, pedagang kaki lima (PKL) buah-buahan itu terancam kukut. Karena, kalau hanya mengandalkan buah lokal, maka PKL itu tidak bisa jualan buah pada saat tidak musim.”

Menurut Jumadi, pemerintah tidak perlu melakukan pembatasan impor buah karena buah impor dan buah lokal sudah memiliki segmen pasar masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya