SOLOPOS.COM - Ilustrasi SPBU (Dok/JIBI/Solopos)

Harga BBM jenis premium dijual lebih tinggi daripada yang diumumkan Presiden Jokowi pekan lalu. Meski demikian, SPBU tetap diserbu pembeli.

Solopos.com, SOLO — Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) diserbu pembeli pada Senin (19/1/2015) pagi. Hal ini karena banyak pembeli yang menunda prmbelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi pada Sabtu dan Minggu (17-18/1/2015).

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Pengawas SPBU Sekarpace, Mulyanto, menyampaikan sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan rencana penurunan BBM subsidi, omzet premium dan solar menurun. Dia menyampaikan pada Jumat (16/1/2015) biasanya bisa menjual 18 kilo liter (kl) premium, turun menjadi 16 kl. Begitu pula solar yang omzetnya turun dari 6 kl menjadi 3 kl.

Sabtu (17/1/2015), tercatat omzet turun menjadi 14 kl dari biasanya sebanyak 16 kl untuk premium dan penjualan solar hanya sebanyak 4,5 kl. Sementara itu, penghitungan penjualan pada Minggu (18/1/2015) belum sepenuhnya selesai.

Namun dari omzet sif pertama yang biasanya bisa memperoleh hasil penjualan Rp50 juta, SPBU ini hanya memperoleh Rp35 juta. Menurut dia, penundaan pembelian BBM subsidi ini tidak hanya dilakukan pelanggan yang memiliki kendaraan roda dua dan empat tapi pelanggan yang membeli dengan jeriken pun menunda pembelian.

“Sejak pukul 06.00 WIB, antrean sudah banyak sampai pukul 09.00 WIB. Kebanyakan adalah kendaraan angkutan barang karena saat Sabtu dan Minggu yg biasanya mengisi BBM, mereka menunda untuk membeli,” ungkap Mulyanto saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin.

Namun menurutnya, stok BBM sejak Minggu aman. Hal ini karena berdasarkan surat edaran dari Pertamina, loading order (LO) yang dilakukan Sabtu, sudah bisa menggunakan harga baru. Oleh karena itu, pihaknya langsung melakukan LO dengan membeli 32 kl premium dan 16 kl solar.

Diakuinya, kebijakan ini baru kali pertama dilakukan dan dia menyambut baik. Pasalnya, kalau tidak ada kebijakan tersebut, kemungkinan pengusaha SPBU akan menunda pembelian hingga Senin untuk menekan kerugian sehingga bisa terjadi kekosongan BBM di SPBU.

Dia menjelaskan mulai pukul 00.00 WIB, mesin dispenser sudah diatur dengan harga baru. Namun ada pelanggan yang tidak jadi membeli karena harga jual premium Rp6.700/liter untuk premium. Harga ini memang berbeda dengan yang diumumkan Presiden, yaitu Rp6.600/liter. Harga Rp6.600/liter hanya berlaku untuk wilayah di luar Jawa-Bali. Di Jawa pemerintah menetapkan harga Rp6.600/liter sedangkan di Bali dipatok harga Rp7.000/liter.

Terkait rencana pemerintah yang akan melakukan penyesuaian harga setiap dua pekan, Mulyanto berharap akan ada solusi yang baik supaya pengusaha tidak dirugikan dan ketersediaan BBM untuk masyarakat terpenuhi. Hal ini karena penurunan harga BBM membuat pengusaha merugi. Apalagi modal bisnis SPBU biasanya pinjamam dari bank. Apabila tidak ada solusi yang tepat, dipastikan akan banyak pengusaha yang gulung tikar.

Pengawas SPBU Banyuagung, Wibowo, menyampaikan pada Senin pagi, antrean pembeli cukup panjang. Hal ini karena banyak masyarakat yang menunggu harga BBM subsidi turun. Mengenai LO, dia mengaku sempat menurunkan jumlah menjelang penurunan harga. Namun saat ini diakuinya, LO sudah kembali normal.

Namun hal berbeda diungkapkan Pengawas SPBU Cengklik, Eka Sasongko. Dia menuturkan tidak ada penurunan omzet sejak Jumat lalu. Pihaknya mencatat, penjualan premium masih dikisaran 20 KL, solar dan pertamax masing-masing terjual 4 kl per hari.

“Ada yang berkurang itu dari pelanggan yang membeli dengan jeriken. Pada Sabtu dan Minggu sama sekali tidak ada pelanggan yang membeli dengam jeriken,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya