SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Indonesia memiliki komitmen dan potensi yang besar terkait dengan energi baru dan terbarukan (EBT).

United States Geological Survey (USGS) melaporkan cadangan nikel Indonesia pada 2022 sebanyak 21 juta metrik ton, sehingga Indonesia menjadi negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia bersama Australia.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Nikel merupakan komposisi utama baterai lithium-ion dengan katoda jenis Lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC) dan Lithium Nickel Cobalt Aluminium Oxide (NCA).

Oleh karena itu, meningkatnya popularitas energi bersih dan potensi tambang di Indonesia menjadi momentum yang tidak dapat dilewatkan untuk menumbuhkan perusahaan dalam negeri berbasis EBT. Pemerintah berambisi menjadikan Indonesia pemain utama industri baterai dunia.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia di antaranya Antam, Mind ID, Pertamina, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) bekerja sama membentuk konsorsium bernama Indonesia Battery Corporation (IBC).

IBC memiliki tujuan utama hilirisasi, membentuk ekosistem electric vehicle (EV) di Indonesia dengan fokus pembuatan bisnis baterai, EV, Energy Storage System (ESS), dan battery recycling.

Perusahaan yang menjadi sorotan utama adalah Contemporary Amperex Technology Co. (CATL) dan Life’s Good (LG), di mana keduanya telah berkomitmen berinvestasi masing-masing US$6 miliar dan US$9,8 miliar.

Tidak hanya perusahaan asing, IBC juga menggandeng Gesits, Alva, dan Volta, dengan Memorandum of Understanding (MoU) untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Sejauh ini keseriusan pemerintah Indonesia dalam melakukan transisi energi mulai terlihat.

Baterai adalah komponen termahal dari kendaraan listrik, bahkan hingga 40% dari total harga kendaraan listrik. Tak heran akademisi mulai fokus pada pengembangan teknologi penyimpanan energi tersebut, tak terkecuali Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Teknologi Penyimpanan Energi Listrik Universitas Sebelas Maret (PUI PT TPEL UNS) yang bahkan telah mencapai tahap komersialisasi dan hilirisasi berbagai paten yang dimiliki.

PUI TPEL UNS mampu melahirkan start up pembuat baterai pertama di Indonesia bernama PT Batex Energi Mandiri (BATEX), pembuat material katoda pertama di Indonesia bernama PT Polimikro Berdikari Nusantara (PBN), dan bengkel konversi kendaraan konvensional ke listrik bernama PT Ekolektrik Konversi Mandiri (EKM).

Ketiga start up tersebut mulai mengomersialkan hasil dari penelitian yang siap dipakai industri dalam negeri dan mendukung kebijakan pemerintah dalam melakukan hilirisasi, dan transisi energi.

Namun, pemerintah yang justru memasukkan dua perusahaan raksasa dan memberikan tantangan komersialisasi produk pada start up, terutama PBN dan BATEX.

Skala produksi yang besar akan mempersulit penetrasi pasar bagi perusahaan lokal, dengan prinsip economic of scale, semakin banyak produksi maka akan semakin murah bahan baku dan efisien dalam proses produksi.

Di sisi lain, kepemilikian Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dari PBN yang tinggi saat ini belum menunjukkan kemanfaatannya, karena pasar dan regulasi belum berpihak pada TKDN pada produsen bahan aktif katoda.

Selain itu, pihak yang mempersilakan perusahaan asing masuk adalah konsorsium yang dipegang oleh empat holding BUMN, sehingga kompetisi tidak hanya terbayang-bayang dari segi bisnis, namun juga kebijakan dan fasilitasi dari pemerintah yang terdistorsi.

Harapan Start Up

Sebagai pelaku bisnis yang baru memulai mengkomersialkan hasil penelitian, tentu melawan raksasa bukanlah hal yang mudah. Bahkan hal tersebut yang membuat PBN mengganti fokus bisnis yang sebelumnya mengunggulkan produk NMC menjadi Lithium Ferro-Phosphate (LFP).

Meskipun dari segi pemakaian hampir 80% kendaraan listrik menggunakan NMC, sedangkan hanya 20% yang menggunakan LFP, namun persaingan langsung perlu dihindari.

NMC sebagai katoda kaya nikel memiliki keunggulan energy density dibandingkan LFP, yang artinya dengan bobot yang sama NMC dapat memberikan jarak tempuh yang lebih jauh.

Keunggulan LFP dari segi keamanan dan charging life cycle. Meskipun baterai tertusuk benda tajam, ia tidak akan meledak seperti NMC, dan tingginya life cycle membuat baterai dapat dipakai lebih lama dibandingkan dengan NMC.

Berdasarkan karakternya, NMC lebih cocok dipakai pada mobil listrik yang memerlukan tenaga besar dan jarak tempuh lebih jauh, sedangkan LFP lebih cocok untuk motor listrik yang memprioritaskan keamanan dan jarak tempuh yang lebih pendek.

PBN mengusulkan sebuah kolaborasi skema kendaraan listrik yang didukung oleh battery swap universal dengan konsep interoperabilitas, dengan menggandeng perusahaan lokal dalam penyediaan bahan baku, teknologi dan infrastrukturnya.

Kolaborasi skema kendaraan listrik yang didukung oleh battery swap universal dengan konsep interoperabitas.

Produsen motor listrik (electric motor/EM) dan konversi dan penyedia infrastruktur battery swap yang ditunjuk IBC, dalam hal ini PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), menentukan standar pak battery swap yang dapat digunakan secara universal untuk berbagai merek/pemanufaktur dengan konsep interoperabitas.

Pak battery swap dapat diproduksi oleh PT International Chemical Industry (ABC Battery) dan BATEX dengan material bahan aktif katoda disediakan oleh PBN. Selanjutnya battery swap universal tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengguna.

Sebagai timbal balik, pemerintah yang telah mengoordinasikan skema tersebut dapat meminta perusahaan yang terlibat untuk ikut berkontribusi bagi masyarakat seperti adanya dana Corporate Social Responsibility (CSR), pengembangan infrastruktur pada daerah terpencil atau transportasi publik.



Skema berpihak pada perusahaan dalam negeri ini merupakan bentuk perlindungan pemerintah terhadap potensi dalam negeri yang sedang berkembang.

Kebijakan proteksi perusahaan dalam negeri yang dilakukan oleh China membuahkan hasil yang luar biasa, maka bukankah Indonesia bisa mencobanya lebih serius?

Artikel ini ditulis oleh Dian Ahmad Pratama Bunayah, S.E., M.T., CMO PT Polimikro Berdikari Nusantara & Alumni Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Sebelas Maret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya