SOLOPOS.COM - Pj. Wali Kota Salatiga bersama Rektor UKSW dan pimpinan universitas berfoto bersama dengan peserta kegiatan Studium Generale, Senin (19/6/2023) siang.

Solopos.com, SALATIGA – Pemimpin kekinian adalah pemimpin yang responsif. Hal itu karena model pemimpin yang seperti inilah yang akan menghasilkan solusi.

Selain itu, menjadi pemimpin kekinian dan pemimpin di masa depan juga harus pintar atau smart. Mampu berkolaborasi atau bersinergi dan juga berbagi. Hal tersebut disampaikan oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng Noegroho Rachmadi, saat menjadi pembicara dalam kegiatan Studium Generale Kepemimpinan Transformasional, di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Senin (19/6/2023) siang.

“Seorang pemimpin kekinian dan masa depan adalah pemimpin yang menyadari dan bertumbuh, serta belajar dari kesalahan. Pemimpin bukan malaikat yang selalu benar dalam segala hal dan setiap saat. Pemimpin juga bukan iblis yang salah dalam segala hal. Tetapi pemimpin adalah sosok hamba Tuhan yang bertumbuh dan belajar dari kesalahan. Sama dengan orang sukses yang tidak belajar dari kesuksesannya di masa lalu tetapi belajar di masa lalu,” lanjut Sinoeng.

Jadilah bagian dari solusi

Di hadapan ratusan peserta mahasiswa dan juga perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Salatiga yang hadir, Sinoeng juga menegaskan seorang pemimpin tidak dilahirkan, melainkan dicetak.

Proses yang dilalui menciptakan karakter seorang pemimpin. Ia menambahkan menjadi seorang pemimpin janganlah alergi jika dikritik. Baginya, kritik yang diterima adalah bentuk perhatian dari masyarakat sehingga di sisi lain juga diperlukan pengendalian diri yang baik.

Lebih lanjut Sinoeng menyatakan setiap pemimpin selalu dihadapkan pada dua hal, yaitu masalah dan solusi.

“Kita tinggal mau pilih yang mana. Jadi masalah atau mau jadi solusi. Tapi saya mau ajak, mari kita menjadi bagian dari solusi, bukan masalah,” imbuhnya.

Sinoeng mengajak mahasiswa untuk belajar memimpin diri sendiri untuk menjadi seorang pemimpin ke depan.

“Mulailah dari memimpin diri sendiri, kalau kamu ingin memberi dirimu untuk berarti bagi orang lain dan memberikan kontribusi,” pungkas Sinoeng.

Hal yang sama juga disampaikan Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak. Dalam sambutannya, Rektor mengatakan tantangan yang paling berat ke depan adalah pengendalian diri.

“Ada beberapa hal yang ke depan bisa digantikan fungsinya oleh robot. Tapi ada satu hal yang tidak digantikan, adalah rasa, adanya pengendalian diri,” ungkap Rektor Intiyas.

Konsorsium 4 fakultas

Dari kegiatan studium generale tersebut Rektor Intiyas berharap semua peserta yang hadir, khususnya mahasiswa lintas fakultas di UKSW mendapatkan pengetahuan baru. Tidak hanya pengetahuan, mahasiswa juga dapat berinteraksi langsung dengan praktisi atau birokrat yang secara rutin diundang ke kampus untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Kegiatan yang diselenggarakan di ruang F114 ini merupakan hasil kerja sama dan kerja kolaborasi empat fakultas yang tergabung dalam konsorsium Kuntum, Ku Ingin Tumbuh. Keempat fakultas tersebut adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom), Fakultas Biologi, Fakultas Psikologi dan Fakultas Sains dan Matematika (FSM).

Dekan Fiskom UKSW Drs. Daru Purnomo dalam sambutannya mewakili konsorsium juga menyampaikan keberadaan UKSW dan Salatiga tidak bisa dipisahkan. Sebab UKSW adalah bagian tubuh dari Salatiga. Melalui kegiatan studium generale ini disampaikannya merupakan bentuk komunikasi dan kolaborasi terus-menerus antara UKSW dan Pemerintah Salatiga sehingga membawa kebaikan bagi keduanya. Turut hadir dalam studium generale yaitu Wakil UKSW serta pimpinan fakultas dari 4 anggota konsorsium Kuntum.

Rekomendasi
Berita Lainnya