Gunungkidul (Solopos.com)–Ribuan warga Gunungkidul, DIY yang berada di wilayah pelosok selatan dan timur terpaksa harus “mengimpor” air bersih dari Jawa Tengah (Jateng) menyusul kian meluasnya bencana kekeringan.
Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024
Warga tidak bisa mendapatkan air secara mandiri dari daerah sendiri karena kondisi geografi lokasi mata air yang jauh dari letak kekeringan.
Salah satu warga Bohol, Rongkop, Supriyo Hermanto, Jumat (9/9/2011) mengatakan ia biasa membeli air dari wilayah Pracimantoro, Wonogiri Jateng sebesar Rp 120.000 setiap tangki berukuran 5.000 hingga 6.000 liter.
Membeli air dari luar Gunungkidul terpaksa dilakukan bersama ratusan bahkan ribuan warga Rongkop lainnya lantaran sejumlah sumber mata air di Gunungkidul sudah kering kerontang.
Jika membeli air melalui dropping air milik dari swasta dari dalam Gunungkidul kondisinya jauh lebih mahal karena lokasi kekeringan atau Kecamatan Rongkop jauh dari sumber mata air.
“Kalau misalnya minta dropping dari wilayah Wonosari, Semanu, atau Ponjong bisa mengeluarkan uang dua kali lipat karena medan terlalu jauh,” ungkapnya.
Sementara salahsatu tokoh masyarakat desa setempat yang juga anggota DPRD Gunungkidul, Jumiran membenarkan jika ribuan warga membeli air dari luar Gunungkidul.
Hilir mudik belasan tangki dropping air di Rongkop terjadi hampir setiap 15 menit sekali dari hari-hari selama dua bulan terakhir.
(JIBI/Harian Jogja/ton)