SOLOPOS.COM - Gunung Marapi (wikipedia.org)

Gunung Marapi di Sumatra Barat kembali mengalami erupsi pagi ini.

Solopos.com, BATUSANGKAR — Empat Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, terkena dampak semburan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Marapi yang terjadi pada Minggu (4/6/2017) pagi.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Bupati Tanah Datar, Irdinansyah Tarmizi, di Batusangkar, Minggu, mengatakan empat kecamatan yang terkena dampak abu vulkanik tersebut adalah Batipuh, Pariangan, Sungai Tarab, dan Salimpaung. Ia meminta para camat dan wali nagari yang wilayahnya berada di sekitar Gunung Marapi agar memonitor perkembangan letusan tersebut.

Camat Pariangan, Suhardi, menyampaikan sebagian wilayahnya terkena semburan abu vulkanik. Namun warga tetap beraktivitas seperti biasa karena kapundan (sebutan warga atas abu vulkanik) sudah menjadi hal biasa bila Gunung Marapi mengalami erupsi. “Kita tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menggunakan penutup hidung bila beraktivitas di luar rumah,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Wali Jorong Babusalam, Nagari Pasie Laweh, Kecamatan Sungai Tarab, Bonar Winata, yang wilayahnya juga terdampak abu vulkanik. Warga di sana juga tidak panik dan tetap beraktivitas seperti biasa.

Salah seorang warga Nagari Koto Tuo, Kecamatan Salimpaung, Azwarman, mengatakan rumahnya dan warga sekitar juga terkena abu vulkanik namun tidak begitu tebal sehingga belum mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat untuk menjauhi Gunung Marapi dalam radius 3 km dari sumber letusan seiring status “waspada” gunung itu. “Hujan abu tipis terjadi di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Letusan yang terjadi adalah wajar karena status Waspada,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Minggu.

Namun Sutopo memastikan tidak ada peningkatan status gunung api ini yang sejak 3 Agustus 2011 berstatus Waspada (level II). PVMBG merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan wisatawan tidak mendaki Gunung Marapi pada radius 3 km dari kawah atau puncak.

Dia mengatakan hingga saat ini tidak ada pengungsian, apalagi masyarakat berada di luar radius 3 km. Kondisi Gunung Marapi tetap tenang pascaletusan dan tidak memperlihatkan ada kenaikan aktivitas vulkanik.

“Erupsi ini termasuk tipe vulkanian kecil berupa lontaran bom vulkanik yang menyebar sekitar kawah, juga disertai kepulan abu hitam tebal yang menyebar sesuai arah angin. Erupsi ini merupakan ciri khas Marapi yang jarang disertai awan panas dan letusan berlangsung dalam waktu singkat,” kata Sutopo.

Sebelumnya, Ketua Pengamatan Gunung Api Marapi Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologis (PVMBG) Kota Bukittinggi Hartanto mengatakan, abu vulkanik banyak jatuh ke wilayah Pariangan. Ia menjelaskan erupsi pertama terjadi pada pukul 10.01 WIB, diikuti dengan abu vulkanik ketinggian 300 meter dari puncak yang mengarah ke Timur, Kecamatan Pariangan. Amplitudo letusan mencapai 6 milimeter, dengan durasi gempa 35 detik.

Sementara letusan kedua berlangsung pada pukul 10.22 WIB, dengan amplitudo 4 milimeter, durasi 22 detik. Pada letusan kedua, abu vulkanik ketinggiannya mencapai 700 meter, masih ke arah Pariangan. Pada pukul 11.56 WIB, embusan abu vulkanik terakhir muncul Gunung Marapi. Cuaca di sekitar Marapi cerah dan tidak ada tanda-tanda letusan vulkanik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya