SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Googleimage)

Ilustrasi (Googleimage)

JAKARTA — Indonesia menempati urutan keempat penyumbang emisi energi kotor terbesar pada 2020 terkait dengan semakin maraknya ekspansi bisnis batu bara di Tanah Air dan kegiatan ekspor komoditas tersebut.

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

Hal itu disampaikan Greenpeace International dalam laporan terbarunya yang dirilis pekan ini, Point of No Return: The Massive Climate Threats We Must Avoid. Menurut organisasi tersebut, industri fosil global tengah merencanakan 14 proyek migas dan batubara secara massif yang akan menghasilkan emisi karbon baru pada 2020.

Dalam peta 14 proyek tersebut, China menjadi penyumbang terbesar utama pada 2020 dengan ekspansi pertambangan batubara. Pada tahun itu, emisi karbon dari batubara negara tersebut mencapai 1.400 juta ton karbondioksida. Ini kemudian disusul oleh Australia dengan ekspansi ekspor batubara (760 juta ton), Arctic dengan pengeboran minyak (520 juta ton) dan Indonesia dengan ekspansi ekspor batubara (460 juta ton).

“Pembakaran batubara, minyak dan gas dari 14 proyek besar yang dibahas dalam laporan ini secara signifikan akan mendorong emisi atas apa yang para ilmuwan iklim identifikasi sebagai bujet karbon, jumlah CO2 tambahan yang tidak boleh dilampaui untuk menjaga perubahan iklim di luar kendali,” kata Greenpeace dalam keterangan pers yang dikutip Sabtu (26/01/2013).

Organisasi lingkungan itu  menyatakan besarnya emisi tersebut mengakibatkan ongkos yang yang besar pula, yakni miliaran uang akan dihabiskan untuk menghadapi kehancuran akibat iklim yang ekstrim, penderitaan manusia yang tak terhitung serta kematian jutaan orang karena dampak pada 2030.

Proyek penghasil emisi kotor selanjutnya adalah Amerika Serikat dengan ekspansi ekspor batubara (420 juta ton), Irak dengan pengeboran minyak (420 juta ton) serta Kanada dengan pasir tar (420 juta ton). Disusul dengan  pengeboran lepas pantai di Meksiko (350 juta ton), Brazil dengan pengeboran lepas pantai (330 juta ton), pengeboran minyak di Kazakhstan (290 juta ton), pengeboran gas di Amerika Serikat (280 juta ton), pengeboran gas di Afrika (260 juta ton), pengeboran gas di Laut Kaspian (240 juta ton), serta eksploitasi pasir tar di Venezuela (190 juta ton).

“Industri bahan bakar fosil itu akan menghasilkan karbondioksida baru pada 2020 dan menunda aksi atas perubahan iklim lebih dari satu dekade,” demikian Greenpeace.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya