Solopos.com, SOLO—Walau ada banyak partai, pemilu saat itu dianggap sebagai pemilu bohong-bohongan. Pemerintah begitu represif. Para aktivis muda dan mahasiswa merasa tak ada perlunya ikut pemilu. Pemilu direkayasa dengan cara-cara yang antidemokrasi. Akhirnya mereka menyerukan golput dengan cara mencoblos kertas suara bukan pada tanda gambar partai sehingga tidak sah.
Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan