SOLOPOS.COM - Kendaraan melintas di Jalan Bajo-Golo Mori, dengan latar gunung yang indah di Desa Golo Mori, Manggarai Barat, NTT, Kamis (4/5/2023). (Antara/Zabur Karuru)

Solopos.com, GOLO MORI — Golo Mori Labuan Bajo yang menjadi venue Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN 2023, pada 9 – 11 Mei 2023, semula adalah desa tertinggal, pelosok, dan terisolir.

Golo Mori merupakan desa di ujung terluar ke arah selatan Kota Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pihak ITDC memperkirakan, ada sekitar 1.000 peserta dari 10 negara anggota ASEAN ditambah Timor Leste mendatangi Labuan Bajo. 

Kendati lokasinya berada sedikit ke pelosok, tetapi Golo Mori sungguh tak bisa dipandang sebelah mata.

Mengutip laman Indonesia.go.id, dalam bahasa suku Manggarai, nama desa ini berarti ‘gunung Tuhan’. Sedangkan untuk suku Bima, Golo Mori diartikan sebagai ‘pedang hidup’.

Populasinya sekitar 2.034 jiwa, menurut data Badan Pusat Statistik Manggarai Barat tahun 2019. Sebanyak 80 persen di antaranya berprofesi sebagai petani dan nelayan yang mendiami empat dusun, yakni Lenteng, Jarak, Lo’o, dan Compang. 

Secara administrasi, kawasan itu masuk ke dalam Kecamatan Komodo.

Sejauh mata memandang hanya padang savana yang menyelimuti perbukitan, kadang memberi sensasi hijau ketika musim hujan dan kuning kecokelatan saat musim kemarau.

Puluhan petak sawah juga mengintip di balik perbukitan hijau. Sekilas, perbukitan di sini mirip dengan Bukit Teletubbies di Kampung Lemes, Desa Macang Tanggar, tetangga Golo Mori.

Jika kita mendaki ke titik tertinggi di perbukitan, maka akan tampak jelas Pulau Rinca yang berpasir pink dan kawasan Taman Nasional Pulau Komodo, rumah bagi hewan purba asli Indonesia, komodo.

Pesona Golo Mori tak hanya perbukitan dan suasana syahdu, tetapi juga daerah yang pesisirnya mempunyai deretan pantai cantik, yang sayang untuk dilewatkan.

Ada Pantai Pasir Panjang dengan pasir putih cantik memanjang sejauh 1 kilometer. Lalu ada Pantai Nggoer, Pantai Soknar, Pantai Lajar, dan beberapa lainnya.

Air lautnya biru toska jernih dan pemandangan bawah lautnya tak kalah cantik. Jarak bibir pantai Golo Mori ke Pulau Rinca sangat dekat, tak lebih dari 400 meter.

Namun untuk menyeberanginya dibutuhkan perjuangan lumayan besar, karena arus airnya sangat kuat.

Hal itu terjadi karena Selat Molo merupakan pertemuan arus dari Selat Sumba dan Laut Flores. 

ehingga tak jarang, perahu nelayan pun harus diberi pemberat berupa batu-batu kali di bagian lunasnya agar tak mudah terseret oleh pusaran air.

Kendati menyimpan potensi wisata bak sepotong surga, hingga akhir 2021, perlu upaya lebih untuk mencapai desa ini, dari pusat kota Labuan Bajo. 

Perjalanan darat harus ditempuh selama hampir empat jam berkendara melewati medan berupa jalan tanah, terjal, dan berbatu yang membuat seluruh badan selalu terguncang di dalam kendaraan.

Perjalanan juga acap diadang oleh sungai-sungai kecil yang di musim hujan relatif sulit dilalui. Belum lagi karena jarang dilintasi, medan berbatu di sana sering tertutup semak ilalang dan batang pepohonan.

Kepala Desa Golo Mori Samaila menceritakan, rute tercepat menuju Labuan Bajo dari desa mereka adalah memakai motor laut atau perahu. 

Untuk ke Labuan Bajo dari Golo Mori pakai motor laut (perahu) paling cepat 2,5-3 jam. Warga juga harus melewati arus kuat Selat Molo supaya bisa sampai Labuan Bajo karena akses darat sangat sulit,” kata Samaila seperti diwartakan Antara.

Warga lainnya bernama Primus, seperti dikutip kanal Youtube Sekretariat Presiden, menjelaskan bahwa karena terisolirnya desa di ujung barat Pulau Flores itu, saat terjadinya wabah diare banyak yang tak terobati dan berakhir dengan kematian. 

Namun, Samaila dan Primus serta seluruh warga Golo Mori saat ini sudah bisa bernapas lega.

Sejak April 2022 pemerintah memutuskan untuk membangun ruas jalan Labuan Bajo-Golo Mori sepanjang 25 km dengan anggaran mencapai Rp481 miliar dan terbagi ke dalam lima segmen pembangunan.



Selain membangun jalan, pemerintah pusat yang diwakili Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga ikut meningkatkan kualitas empat jembatan sepanjang total 175 meter di Wae Mburak, Wae Kenari, Nanganae, dan Soknar.

Kehadiran jalan baru itu mampu mempersingkat perjalanan warga di ujung Pulau Flores itu ke Labuan Bajo menjadi sekitar 30 menit saja.

“Dulu ruas ke Desa Golo Mori merupakan jalan tanah dan berbatu dan jarak tempuh tiga jam. Sekarang cukup ditempuh dalam 30 menit dari Kota Labuan Bajo dengan pemandangan sangat indah,” ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Tak hanya membangun jalan dua jalur beraspal licin mulus, Kementerian PUPR juga mengedepankan prinsip kualitas, estetika, dan keberlanjutan lingkungan.

Caranya, dengan menanam banyak pohon peneduh di sepanjang jalan sehingga terasa lebih nyaman, aman, dan sejuk.

 

Sumber: Antara, Indonesia.go.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya