SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (kiri) menyapa korban gempa saat mengunjungi tempat pengungsian sementara di Desa Meurah Dua, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (9/12/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Syifa Yulinnas)

Gempa Aceh mengguncang sejumlah kawasan di Bumi Rencong.

Solopos.com, PIDIE JAYA — Bencana gempa bumi tektonik 6,5 Skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Rabu (7/12/2016), menyebabkan sekitar 43.000 korban mengungsi. Para pengungsi menempati 45 posko pengungsian.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Kepala Humas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Jaya Ridwan mengatakan para korban gempa tersebut tersebar di delapan kecamataan yakni Pante Raja, Bandar Dua, Bandar Baru, Jangka Buya, Tringgadeng, Meureudu, Bandar Baru dan Alee Glee.

Ia menyatakan daerah terparah diguncang gempa adalah Kecamatan Pante Raja, Bandar Dua, Tringgadeng, Meureudu, Bandar Baru dan Alee Glee. “Jumlah korban meninggal saat itu yang sudah terindentifikasi 92 orang dan yang belum teridentifikasi ada delapan orang,” kata Ridwan di Meureudu Sabtu (10/12/2016) yang dilansir Kantor Berita Antara.

Saat ini, tim evakuasi dari Basarnas, BNPB, TNI, Polri, dan unsur masyarawat masih mencari korban yang diduga masih tertimbun reruntuhan bangunan ambruk akibat guncangan gempa.

Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merevisi jumlah korban tewas dalam gempa Aceh menjadi 100 jiwa. Sebelumnya, disebutkan korban tewas dalam peristiwa ini mencapai 102 orang.

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan data tersebut dikoreksi setelah dilakukan koordinasi dengan baik dan verifikasi ulang oleh petugas dengan mengecek data dan identitas korban.

“Korban meninggal saat ini ada 100 orang, kalau sebelumnya kemarin kita sampaikan 102. Setelah kita lakukan pendataan dengan menggunakan identitas dan sebagainya, ternyata ada pendataan yang dobel di mana satu orang tercatat dua kali,” kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Jumat (9/12/2016).

Sutopo seperti dilansir Okezone menjelaskan dari 100 orang yang tewas akibat guncangan gempa itu, teridentifikasi 96 orang tewas di Kabaputen Pidie Jaya, 2 dari Kabupaten Pidie, dan 2 orang berasal dari Kabupaten Bireuen.

Kesalahan data sebelumnya, menurut Sutopo merupakan hal yang wajar terjadi saat bencana besar dikarenakan pencatatan pendataan yang belum baik. Dua data yang berkurang, kata Sutopo, karena adanya data korban jiwa yang sama.

“Pada saat terjadi bencana seperti ini ada pendataan yang simpang siur. Sering terjadi perbedaan adalah hal wajar karena terjadi kepanikan dan bencananya apalagi luas,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya