SOLOPOS.COM - Calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersama istri, Veronica Tan dan anak, Nicholas Sean Purnama mencoblos di TPS 54 kawasan Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta, Rabu (15/2/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Hafidz Mubarak A)

PDIP mengakui parpol-parpol pengusung Ahok-Djarot tidak all out sehingga tak bisa memenangkan pasangan itu dalam satu putaran.

Solopos.com, JAKARTA — Ketua DPP PDIP Trimedya Pandjaitan menilai partai yang tergabung dalam koalisi pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) tidak bekerja sesuai harapan sehingga tidak bisa memenangkan Pilkada Jakarta satu putaran.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

“Tidak akan terjadi putaran kedua di Pilgub DKI jika semua partai yang tergabung dalam koalisi pemenangan Ahok-Djarot all out bekerja,” ujarnya dalam satu diskusi pada Sabtu (18/2/2017).

Menurutnya, bagi PDIP hal terpenting dalam memenangkan pilkada adalah bagaimana mengkonsolidasikan partai pendukung yang ada. Berdasarkan analisis PDIP, ujarnya, seandainya Partai Nasdem, Partai Hanura, Partai Golkar, dan PDIP all out, maka Ahok-Djarot akan menang satu putaran.

Akan tetapi, politikus PDIP tersebut juga mengakui, sejak hasil quick count pertama keluar, empat parpol sudah melakukan konsolidasi internal supaya di putaran kedua nanti, suara yang didapat bisa jauh lebih besar. “Sejak tanggal 15 [Februari] itu, sejak quick count itu, muncul bagaimana akhirnya partai pendukung pemerintah bersatu memenangkan Ahok-Djarot,” ujarnya.

Sementara itu, politikus PAN Yandri Susanto mengatakan pihaknya telah mendapat masukan dari kader untuk tidak mengalihkan dukungan kepada Ahok-Djarot pasca kekalahan Agus-Sylvi di Pilkada Jakarta putaran pertama. Dia mengatakan akan sangat berbahaya jika PAN mengabaikan rekomendasi kader dan tetap memaksakan untuk mendukung Ahok-Djarot pada Pilkada Jakarta putaran kedua.

“Bisa [tergerus] karena politik ini persepsi, kalau sudah persepsi buruk terhadap pengurus yang mengambil keputusan itu bahaya,” Yandri dalam diskusi bertajuk Sinema Politik Pilkada DKI, Sabtu.

Yandri mengatakan bahwa Pilkada Jakarta 2017 merupakan pertaruhan bagi partainya sekaligus penentu untuk pemilihan presiden berikutnya.
“Kami tidak mau pertaruhkan Pilkada DKI dengan kontestasi PAN berikutnya, misalnya Pilpres,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya