SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta — Insiden tewasnya seorang tuna netra (Joni) saat sedang mengantre pembagian uang di Istana Negara dinilai sebagai tragedi. Beberapa perwakilan tuna rungu mengecam kejadian itu.

“Mengutuk dan mengecam insiden tewasnya saudara kami dari tuna netra yang menjadi korban menunggu pembagian uang Rp 300 ribu dari SBY,” ujar aktivis Front Tuna Rungu Demokrasi, Michael Harding saat jumpa pers di markas Bendera, Jl Diponegoto, Jakarta, Sabtu (11/9).

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Harding mengatakan, pemerintah dalam hal ini panitia acara Open House Istana Negara harus bertanggungjawab atas insiden tersebut. Tewasnya Joni dinilai sebagai bukti gagalnya negara menjaga keselamatan warga negaranya.

“Yang meminta hadir ke Istana adalah undangan Presiden malah justru malapetaka yang didapatkan oleh rakyat,” kecamnya.

Menurut Harding yang juga seorang tuna rungu dan tuna wicara, penyandang cacat memiliki hak yang sama dengan manusia normal. Ia menuding kasus ini murni karena ada kelalaian dari pihak Istana.

“Sangat tragis dan memalukan. Pemerintah harus bertanggung jawab,” tegasnya.

Harding menganggap, kasus ini tidak bisa dibiarkan dan dianggap selesai. “Karena di sana pasti ada kelalaian,” tudingnya.

Sebelumnya pihak Istana menegaskan bahwa Joni meninggal karena sakit jantung. Dia pun meninggal saat berada di luar kompleks Istana. Namun demikian pihak Istana tetap memberikan santunan Rp 10 juta bagi keluarga korban.


dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya