SOLOPOS.COM - Grille mobil Ford. (Jeepforum.com)

Ford Indonesia tutup setelah menyerah dengan pasar Indonesia. Dampaknya, ancaman PHK muncul karena diler Ford tersebar di 20 wilayah.

Solopos.com, JAKARTA — Sepanjang 2015, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat setidaknya 48.843 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di Tanah Air yang dipicu oleh kondisi perekonomian yang lesu. Kini ancaman itu masih terbuka, termasuk dengan keputusan Ford angkat kaki dari Indonesia.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Terkait keputusan PT Ford Motor Indonesia untuk angkat kaki, Kemenaker mengatakan pihaknya akan melakukan tindakan antisipasi. “Kesulitannya nanti ada di distributor diler-dilernya karena tersebar di 20 wilayah. Akan kami cari datanya,” kata Direktur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Kemenaker, Sahat Sinurat, kepada Bisnis/JIBI, Selasa (26/1/2016).

Dia menambahkan pihaknya akan meminta Dinas Ketenagakerjaan setempat untuk secara aktif mendata dan melakukan pendampingan pada puluhan diler FMI yang terkenda dampak hengkangnya FMI dari Indonesia.

Terlebih, dia menjelaskan, masih ada waktu hingga paruh pertama tahun ini untuk mengkoordinasikan hal tersebut dengan otoritas setempat. Pasalnya distributor Ford berada di bawah perusahaan dan manajemen yang berbeda dengan FMI. Sementara FMI hanya mempekerjakan 35 orang.

Sahat mengatakan, keputusan Ford itu sudah melalui berbagai tahap dan dipicu oleh persaingan bisnis. “Kalau sudah seperti itu, pemerintah bisa apa. Negara sudah memberikan fasilitas yang adil dan tidak membeda-bedakan,” tuturnya.

Data Kemenaker menunjukkan jumlah PHK tahun lalu turun sekitar 37,13% dari 77.687 orang pada 2014. Dilihat dari tren datanya, jumlah PHK menurun dari tahun ke tahun tetapi melonjak tajam pada 2014 dipicu oleh deselerasi perekonomian.

Sahat Sinurat, menuturkan sebelum melakukan PHK perusahaan sudah melaksanakan serangkaian langkah sesuai dengan norma ketenagakerjaan. “PHK sudah terselesaikan dengan baik secara musyarawarah mufakat. Buktinya jarang perusahaan yang berakhir dengan gejolak,” kata Sahat.

Secara lebih terperinci, dari total 33 provinsi PHK terjadi di 18 provinsi. Sementara itu, dari jumlah total PHK tahun lalu yang disebabkan oleh perlambatan ekonomi sebagian besar terjadi di Jawa Barat (10.291 orang) dan Kalimantan Timur (10.721 orang).

Namun, tahun ini Sahat menuturkan kondisi akan lebih baik. Pasalnya, pemerintah tengah mendorong proyek infrastruktur secara besar-besaran. Menurutnya, sektor itulah yang akan banyak menyerap tenaga kerja.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Timoer Soetanto mengatakan kondisi tahun ini masih cukup berat kendati perekonomian sudah membaik. Hal ini terutama berlaku bagi perusahaan yang bergerak di sektor komoditas. “Yang jelas sekarang masih susah. Saya enggak bisa memprediksi, tergantung perusahaannya,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Subiyanto menekankan dalam kondisi apapun pengusaha sebaiknya tak mengorbankan pekerjanya.

PHK Ford Indonesia

Pada perkembangan yang lain,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya