SOLOPOS.COM - Situs turnbackhoax.id (Turnbackhoax.id)

Fenomena hoax saat ini dibandingkan dengan fenomena hadis-hadis yang tak jelas riwayatnya di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Solopos.com, JAKARTA — Aktivis Nahdlatul Ulama (NU), Savic Ali, membandingkan fenomena berita hoax saat ini mirip dengan kondisi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, banyak hadis yang berseliweran dan tak jelas riwayatnya.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Situasi itu sempat membuat khalifah khawatir, sebab banyak ulama yang usianya semakin menua. Karena itu, untuk mencari hadist yang shahih, cicit Umar bin Khattab itu kemudian mengumpulkan para ulama supaya mengkaji kebenaran hadis yang ada saat itu. “Dari situlah, muncul hadis-hadis yang kita kenal saat ini,” ucap Savic dalam diskusi di Dewan Pers, Jakarta, Kamis (12/1/2016).

Cuplikan cerita itu, kendati sudah terjadi ratusan tahun silam, masih relevan dengan situasi saat ini. Langkah sang Khalifah itu perlu dicontoh untuk mencari kebenaran di tengah gelombang informasi yang terkadang menyesatkan.

Berita hoax seolah menjadi virus. Ketidakjelasan informasi itu sering menimbulkan keresahan bahkan gesekan antar warga. Kejadian paling anyar terjadi di Indramayu, Jawa Barat Selasa (10/1/2016) lalu.

Warga di sejumlah desa di kabupaten tersebut terlibat bentrok dan 90 rumah dikabarkan rusak parah. Pemicunya pun dianggap sepele, yaitu hanya postingan berita hoax di sebuah akun Facebook.

Tak pelak, bentrokan itu mendapat perhatian serius dari penegak hukum. Peristiwa itu makin meyakinkan mereka untuk mengambil tindakan tegas bagi pembuat dan penyebar berita hoax.

Polri, selain menekankan penindakan hukum represif, mereka mulai mengetatkan perhatian terhadap konten berita bohong. Salah satu langkah yang sudah dilakukan selama enam bulan bekalangan ini yaitu memberi label berita-berita yang dianggap hoax. Label tersebut bakal dilakukan ke semua konten yang dianggap tidak benar, baik yang diproduksi oleh media massa mainstream, abal-abal, hingga media sosial.

Upaya pemberian label tersebut, selain bertujuan mendeteksi situs berita yang sering menyebarkan berita hoax, juga dimaksudkan untuk mengedukasi masyarakat supaya bisa memilah informasi yang mereka konsumsi.

Sesuai catatan Kemenkominfo, munculnya konten berita bohong ada siklusnya. Biasanya, konten hoax muncul saat-saat menjelang momen politik tertentu, misalnya saat pelaksaan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Walau demikian, maraknya berita hoax sebenarnya sudah terjadi sejak pelaksanaan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya