SOLOPOS.COM - Embun es di dataran tinggi Dieng. (ANTARA/Eka Romadhoni)

Solopos.com, JAKARTA — Fenomena es atau embun es di kawasan Dieng, Jawa Tengah beberapa hari yang lalu disebut-sebut berkaitan dengan musim kemarau.

Pernyataan itu disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat dikonfirmasi perihal fenomena embun es di kawasan Dieng beberapa waktu yang lalu.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan, saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu (10/7/2022), mengatakan fenomena es di Dieng saat musim kemarau sangat mungkin terjadi.

Terlebih, kata Dodo, lokasi Dieng berada di dataran yang cukup tinggi. Suhu udara di lokasi tersebut cukup dingin dan tingkat tutupan awan sudah jarang saat masuk musim kemarau.

“Sehingga di malam hari yang tidak tertutup awan, suhu udara akan sangat dingin sekali karena radiasi balik dari bumi dengan leluasa menuju angkasa tanpa ada pantulan dari awan. Sehingga bumi akan menjadi dingin sekali dan seluruh lapisan yang mengandung uap air itu karena suhu minus biasanya disertai frost atau embun yang membeku,” jelas Dodo.

Baca Juga : Brrr! Embun Upas Mulai Muncul di Dieng, Tanda-Tanda Musim Kemarau

Dodo juga menjelaskan perihal suhu udara di kawasan Dieng mencapai minus atau di bawah 0 derajat Celcius karena dipengaruhi kondisi awan yang sangat tidak ada. Bahkan dia menyebut kondisi awan di kawasan Dieng clear saat malam hari.

“Suhu bumi karena tidak ada radiasi tentunya pada malam hari tidak ada matahari. Justru energi bumi yang memancar meradiasikan kembali tanpa ada pemantulan dari awan khususnya. Sehingga, dia menjadi minus, menjadi dingin. Bahkan, bisa sampai minus,” ujar Dodo.

Adanya fenomena embun es ini tidak hanya terjadi di Dieng. Dia menyebut wilayah lainnya yang berada di pegunungan juga memungkinkan terjadi embun es.

Embun beku tersebut, lanjutnya, berdampak pada warga yang memiliki usaha tani, yakni menyebabkan gagal panen. Dodo mengimbau petani di kawasan pegunungan mengatur musim tanam dan memperhatikan cuaca agar segera panen sebelum embun es merusak tanaman.

Dia menjelaskan 35 persen dari zona musim di seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Sebagian besar di wilayah timur Indonesia telah memasuki kemarau.

Baca Juga : Dataran Dieng Membeku Lagi, Ini Penjelasan BMKG

Sementara itu, tuturnya, beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa masih ada wilayah yang belum memasuki kemarau. Hal itu disebabkan fenomena La Nina sehingga masih ada curah hujan.

Kondisi La Nina akan menuju normal diperkirakan pada Agustus dan menuju netral pada Oktober, November, dan Desember.

“Jadi tidak hanya BMKG yang membuat prakiraan terkait La Nina ini tapi beberapa badan meteorologi dunia membuat prakiraan La Nina. Sebagian besar mengindikasikan saat ini kondisinya lemah akan menuju pada fungsi netral.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya