SOLOPOS.COM - Warga berkumpul untuk mencari informasi aktivitas Gunung Agung di Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (19/9/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Nyoman Budhiana)

Fakultas Peternakan UGM merespon peningkatan aktivitas Gunung Agung Bali yang mencapai level awas

Harianjogja.com, SLEMAN – Fakultas Peternakan UGM merespon peningkatan aktivitas Gunung Agung Bali yang mencapai level awas dengan mendirikan posko khusus untuk pengungsian ternak.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ali Agus, menjelaskan pemerintah telah menetapkan daerah di bawah radius kurang dari 12 km untuk dikosongkan. Sekitar 70.000 penduduk akan berpindah dalam barak pengungsian.

Keselamatan ternak menjadi bagian tak terpisahkan dari proses pengungsian itu. Selain posko pengungsian manusia juga diperlukan posko pengungsian ternak. Karena itu Fakultas Peternakan UGM mendirikan posko pengungsian ternak di Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

“Sebagian pengungsi ada yang rela mengambil risiko di KRB [kawasan rawan bencana] untuk tetap memantau dan memberi pakan ternaknya. Pada sisi lain, ada saja oknum yg memanfaatkan kesempatan dengan membeli ternak penduduk dengan harga murah,” terangnya dalam rilis kepada Harianjogja.com, Kamis (5/10/2017).

Tim dari Fakultas Peternakan UGM telah berangkat ke Bali untuk berkoordinasi dengan BNPB dan Dinas Peternakan setempat pada Minggu (1/10/2017) lalu.

Terdiri atas Bambang Suwignyo, Prof. I Gede Suparta Budisatria, Prof. Budi Guntoro bersama dua mahasiswa selaku relawan. Sedangkan jumlah pengungsi sudah mencapai 144.000 orang dari perkiraan 70.000 orang.

Koordinator Tim Peternakan UGM Bambang Suwignyo menambahkan, saat ini ada 40 titik lokasi ternak yang telah disiapkan. Sapi sebanyak 3.000 ekor sudah dievakuasi dari 20.000 ekor yang ada. Sumber pakan hijauan saat ini sudah kurang. “Konsentrat relatif sudah tersedia. Meski kita belum bisa prediksi sampai berapa lama situasi darurat ini,” ujarnya.

Pihaknya bersiap dengan stok pakan konsentrat serta menawarkan program edukasi pengurangan risiko bencana. Serta mengusulkan program membuat pakan fermentasi dengan melibatkan para pengungsi. Pakan fermentasi ini dapat disimpan dalam waktu lama dan tidak rusak sehingga dapat untuk antisipasi stok jika erupsi berlangsung lama.

“Membuat stok pakan fermentasi akan mengurangi frekuensi peternaik naik ke KRB satu dan dua,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya