SOLOPOS.COM - Warga berjalan meninggalkan area sekitar Londo Bridge dengan tangan di kepala setelah teror menggunakan van yang menabrak para pejalan kaki, Minggu (4/6/2017) dini hari waktu setempat. (JIBI/Solopos/Reuters/Neil Hall)

Facebook mengklaim akan menjadi “tempat tak bersahabat bagi teroris” setelah dihujani kritik di berbagai negara.

Solopos.com, JAKARTA — Setelah serangan teror London, Facebook menyatakan ingin menjadikan platform media sosialnya sebagai “tempat yang tidak bersahabat” bagi teroris.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Hal tersebut dikatakan Direktur Kebijakan Facebook Simon Milner lewat pernyataan emailnya. Hal itu merespons serangan tiga pelaku teroris yang menabrakkan van yang disewa ke jalur pejalan kaki di Jembatan London, lalu menikam orang-orang di sekitar tempat itu.

“Kami ingin Facebook menjadi lingkungan yang tidak bersahabat bagi teroris,” katanya, dikutip dari Reuters, Senin (5/6/2017).

“Dengan menggunakan kombinasi teknologi dan ulasan manusia, kami bekerja secara agresif untuk menghapus konten teroris dari platform kami segera setelah kami menyadari hal itu. Dan jika kami mengetahui adanya keadaan darurat yang akan membahayakan keselamatan seseorang, kami memberi tahu penegak hukum.”

Dalam tiga bulan terakhir, terjadi serangan militan teroris di negeri Ratu Elizabeth itu. Sebelumnya, terjadi ledakan yang juga menewaskan beberapa penonton konser penyanyi asal AS, Ariana Grande, di Manchester. Baca juga: MUI Desak Pemerintah Berani Gertak Facebook, Twitter & Instagram.

Adapun, Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May menanggapi teror dengan menyatakan harus ada perombakan strategi yang digunakan untuk memerangi ekstremisme, termasuk tuntutan akan peraturan internasional yang lebih besar mengenai internet. Selama ini, perusahaan internet besar dinilai bertanggung jawab mengembangkan ruang dalam penyebaran ideologi ekstremisme.

May sebelumnya telah memberi tekanan pada perusahaan internet untuk lebih bertanggung jawab atas konten yang di-posting di layanan mereka. Bulan lalu dia berjanji menciptakan kekuatan agar perusahaan membayar biaya kebijakan internet dengan pungutan industri jika jika memenangkan pemilu.

Twitter juga mengatakan bahwa pihaknya berupaya mengatasi penyebaran propaganda militan di situsnya. “Konten teroris tidak memiliki tempat di Twitter,” kata Nick Pickles, kepala kebijakan publik Inggris di Twitter, dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa pada paruh kedua tahun 2016 telah menangguhkan hampir 400.000 akun.

“Kami terus memperluas penggunaan teknologi sebagai bagian dari pendekatan sistematis untuk menghapus jenis konten ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya