News
Kamis, 2 November 2023 - 14:45 WIB

Evakuasi WNI dari Gaza Terkendala Keamanan, Gencatan Senjata Harga Mati

Newswire  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang anak berdiri di antara puing bangunan di Jalur Gaza, Senin (30/10/2023). (Istimewa/UNRWA)

Solopos.com, JAKARTA — Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha menyebut proses evakuasi tujuh warga Indonesia dari Gaza masih terkendala situasi keamanan.

“Pintu perbatasan Rafah secara terbatas sudah dibuka. Kendala saat ini adalah lokasi tempat tinggal para WNI masih terjadi pertempuran, sehingga evakuasi yang aman belum bisa dilakukan,” kata Judha melalui pesan singkat pada Kamis (2/11/2023), dilansir Antara.

Advertisement

Meskipun demikian, ia memastikan bahwa dua keluarga WNI, yang masing-masing tinggal di Gaza City di utara dan di Gaza selatan, dalam kondisi selamat di tengah pertempuran yang terus berkecamuk antara Israel dan kelompok Hamas Palestina.

“Komunikasi dengan para WNI terus dilakukan. Kondisi mereka selamat di lokasi masing-masing,” kata dia.

Advertisement

“Komunikasi dengan para WNI terus dilakukan. Kondisi mereka selamat di lokasi masing-masing,” kata dia.

Judha kemudian mengatakan bahwa tim evakuasi dari KBRI Kairo telah bersiaga di Perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza, sejak Rabu sore (1/11/2023).

“Kemlu, KBRI Amman, dan KBRI Kairo terus melakukan koordinasi dan komunikasi intensif untuk evakuasi WNI di Gaza,” kata Judha.

Advertisement

Ketiganya menolak dievakuasi dan memilih untuk melanjutkan kerja kemanusiaan mereka di Gaza.

Sementara itu, ketujuh WNI yang akan dievakuasi terdiri dari dua keluarga WNI, yaitu keluarga Abdillah Onim dan keluarga Muhammad Hussein beserta anak-anak mereka.

Sementara, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza adalah soal hidup dan mati.

Advertisement

Dalam sebuah pernyataan, Rabu (1/11/2023), UNRWA menyebut pemboman Israel yang tiada henti terhadap wilayah kantong yang diblokade itu sebagai tindakan yang mengejutkan.

Dengan tingkat kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya, badan itu menyebut tragedi kemanusiaan di Gaza sungguh tak tertahankan.

“Gencatan senjata kemanusiaan yang segera dilakukan adalah masalah hidup dan mati bagi jutaan orang,” kata UNRWA.

Advertisement

Badan PBB itu juga mengatakan serangan Israel telah memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka di Gaza.

“Lebih dari 670.000 orang berlindung di hampir 150 fasilitas UNRWA yang penuh sesak. Orang-orang ini menghadapi kondisi kemanusiaan yang memburuk serta risiko kesehatan dan perlindungan yang parah,” kata mereka.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku terkejut atas serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Gaza dan mengutuk pembunuhan warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak.

Melalui juru bicaranya Stephane Dujarric, Guterres menegaskan kembali bahwa semua pihak harus mematuhi hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional, termasuk prinsip-prinsip pembedaan, proporsionalitas, dan kehati-hatian.

“Dia mengutuk keras setiap pembunuhan terhadap warga sipil,” kata Dujarric pada Rabu.

Selain menuntut diakhirinya kekerasan di Gaza, Sekjen PBB mendesak pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang saat ini ditahan di Gaza dan juga masuknya bantuan kemanusiaan penting dalam skala yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Palestina yang semakin meningkat.

Militer Israel telah memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza, yang menjadi pusat konflik antara Israel dan kelompok Hamas Palestina.

Lebih dari 10.300 korban telah tewas dalam konflik tersebut, termasuk 8.796 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel.

Selain menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan memicu banyaknya pengungsi, pasokan bahan pokok bagi 2,3 juta penduduk Gaza semakin menipis karena blokade Israel.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif