SOLOPOS.COM - Saksi yang juga sahabat Mirna, Hanie Juwita Boon (kanan), bersama sejumlah pegawai kafe Olivier mengikuti rekonstruksi kejadian kasus kematian Wayan Mirna Salihin dalam persidangan dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Rabu (27/7/2016). Kuasa hukum Jessica sempat mempertanyakan keberadaan sedotan yang dinilai merupakan salah satu fakta perjalanan sianida di kopi Mirna. (JIBI/Solopos/Antara/Yudhi Mahatma)

Es kopi berujung maut kembali disidangkan. Ahli forensik berdebat sengit dengan pengacara Jessica.

Pengacara terdakwa Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, terlibat perdebatan sengit dengan saksi ahli forensik dari RS Bhayangkara Jakarta, dr. Slamet Purnomo. Otto mempertanyakan akurasi kesimpulan dari pemeriksaan sampel organ dalam korban Wayan Mirna Salihin.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Sebelumnya, dalam keterangannya di depan majelis hakim PN Jakata Pusat, Rabu (3/8/2016), Slamet menyatakan tim forensik tidak memeriksa secara keseluruhan tubuh korban atau autopsi. Namun tim tidak melakukan autopsi karena tidak ada permintaan dari penyidik Polda Metro Jaya. Hal itu kemudian kejar oleh Otto.

“Anda kan tidak melakukan pemeriksaan jantung, kira-kira mungkin itu [penyakit] jantung?” tanya Otto. Slamet pun menjawab, “Itu bukan serangan jantung, karena dari gejala-gejalanya.”

Otto pun mencecarnya bagaimana tim forensik bisa menentukan kematian Mirna bukan karena serangan jantung jika tidak memeriksa jantungnya. Slamet pun terlihat kesal.

“Bapak harus tahu, pada kasus keracunan sianida, hampir seluruh organ mengaklami kerusakan, karena dia mengaami kekurangan oksigen hebat. Jantungnya pasti kelihatan sakit, padahal tidak, tapi karena kekurangan oksigen hebat,” jawabnya.

“Apakah bisa tentukan tanpa memeriksa jantungnya?” tanya Otto mengulangi.
“Tapi tanda-tanda itu menyebutkan ini bukan penyakit jantung,” jawab Slamet. Otto mencecarnya lagi. “Berarti bisa juga kan karena serangan jantung kemungkinannya?”

“Bapak enggak tahu kerjanya dokter kayak apa!” jawab Slamet diiringi tepuk tangan pengunjung. “Setelah saya dengar keterangan dan sebagainya, maka saya bisa mendiagnosa. Tapi bapak masih aja begitu [mengulangi pertanyaan].”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya