SOLOPOS.COM - Ilustrasi bubuk kopi (Onegoodthingbyjillee.com)

Es kopi berujung maut pelan-pelan terkuak. Dari simulasi, ahli toksikologi memprediksi waktu pelaku memasukkan sianida.

Solopos.com, JAKARTA — Kesaksian ahli toksikologi Laboratorium Pusat Mabes Polri, Kombes Pol. Dr Nur Samran Subandi, dalam sidang kasus es kopi berujung maut di PN Jakarta Pusat, Rabu (3/8/2016), tak hanya meyakinkan Wayan Mirna Salihin meminum sianida. Kesaksiannya menunjukkan perkiraan waktu pemasukan sianida ke dalam gelas kopi Mirna.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Kesimpulan itu merupakan hasil pengujian berkali-kali memperhitungkan berbagai aspek, khususnya waktu pelepasan sianida menjadi gas HCN dari sisa kopi Mirna. Menurut Nur, jenis racun dalam kopi Mirna adalah natrium sianida (NaCN). Zat ini sangat reaktif sehingga mudah terpisah molekulnya.

“Sianida ini, natriumnya tetap tidak pergi ke mana-mana, tapi sianidanya lepas. Dengan simulasi, saya bisa perhitungkan, sianidanya itu sudah berapa lama, dia terlepasnya sudah berapa lama,” kata Nur dalam percakapan dengan tim jaksa penuntut umum.

Nur mengatakan dia dan stafnya telah membuat simulasi es kopi Vietnam yang dicampur sianida sehingga memiliki kandungan natrium yang berkadar sama dengan sisa kopi Mirna. Selanjutnya, kopi pembanding ini ditunggu pelepasan sianidanya pelan-pelan hingga sama dengan sisa kopi Mirna, yaitu sekitar 7.400 mg/l.

“Sianidanya lepas. Lepasnya ini tergantung kondisi, pada konsentrasi yang sama pada awalnya kita lihat penurunan. Kita sampai pada berapa sianida yang lepas, dari sejak awal dimasukkan ke air. Itu kemudian kita hitung balik, berapa waktu yang dibutuhkan lepasnya sianida itu,” jelasnya.

Akhirnya, es kopi pembanding ini kemudian sampai pada level seperti saat sisa es kopi Mirna tersebut diteliti kandungannya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi pelepasan sianida seperti sisa kopi Mirna itu.

“Kita lihat di sini data, saya minta tim, setiap 24 jam kita samakan kondisi. Kita ujikan dari nol, kondisi awal, 1:1 [Na:Sianida], lama-kelamaan turun, ini butuh waktu 120 jam. Kemudian dibentuk kurva penurunan, kita bentuk regresi melalui kalkulasi matematis. Pada titk berapa ini melepaskan sianida, kita temukan, hitung waktu,” jelasnya.

“Dari situ, kita dapatkan 90 jam, 9 menit, 36 detik [seperti BAP],” tegas Nur.

Dari waktu peluruhan sianida itulah kemudian peneliti menghitung mundur dari kondisi terakhir (acuan) sisa es kopi Mirna, yaitu pukul 10.30 WIB. “Balik 90 jam 9 menit 36 sebelumnya, sampai pada titik pukul 16.30, lewat 36 detik WIB,” jelasnya.

Inilah titik yang didapatkan sebagai perkiraan waktu pemasukan sianida di Olivier Cafe. “Tapi namanya perhitungan, pasti ada standar deviasi. Karena itu kita bentuk rentang, yaitu pukul 16.30-16.45 WIB, Rabu 6 Januari 2016!”

Waktu itu, di Olivier Cafe, Mirna dan rekannya Hanie Juwita Boon, belum datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya