SOLOPOS.COM - Ilustrasi minuman kopi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Es kopi berujung maut Wayan Mirna Salimin masih menjadi teka-teki. Belum ada kepastian zat apa yang menyebabkan kematian itu.

Solopos.com, JAKARTA — Kasus es kopi berujung maut masih dalam teka-teki. Setelah terungkap kemungkinan keterkaitan Wayan Mirna dengan obat pelangsing yang dia konsumsi, banyak pertanyaan belum terjawab. Salah satunya, siapa yang rela bersusah payah memasukkan zat sianida atau zat lain ke dalam kopi Mirna.

Promosi Petani Rempah di Danau Toba Naik Kelas Berkat Dukungan KUR BRI

Psikolog forensik, Reza Indragiri, justru mempertanyakan motif tersebut jika memang kematian Mirna disebabkan aksi pembunuhan. Menurutnya, sulit dipercaya seorang pembunuh menggunakan zat sianida untuk beraksi.

“Sianidanya terlalu sulit untuk didapat. Ini bukan zat yang gampang didapatkan di warung, harus ada orang dengan kompetensi tertentu untuk dapat mengakses zat mematikan ini,” kata Reza dalam dialog di Metro TV, Selasa (12/1/2016) malam.

Tak hanya itu, sianida merupakan zat yang sangat mudah untuk terdeteksi. Karena itu, Reza meragukan jika ada orang yang sengaja menggunakan zat ini untuk membunuh seseorang. Menurutnya, sangat jarang ada orang yang menggunakan zat ini untuk membunuh, sebaliknya untuk bunuh diri. “Itu pun sangat jarang.”

Reza mempertanyakan posisi Mirna seandainya dia ditempatkan sebagai korban pembunuhan. Pasalnya, menurutnya, Mirna adalah warga biasa yang tak punya jabatan strategis atau disimpulkan menyimpan data rahasia yang sensitif.

“Itu sulit dipercaya, itu tidak sebanding dengan upaya pembunuhan itu. Dengan segala maaf, dia ada orang bisa, seperti kita. Kalau membunuh pakai sianida, itu pilihan yang tidak tepat,” kata Reza.

Menanggapi pertanyaan itu, kepolisian tidak ingin berspekulasi. “Kami tidak beropini, kami hati-hati menganalisa masalah ini, berdasarkan fakta yang ada. Belum ada tersangka, takutnya ada salah sasaran, mungkin saja kita harus telusuri bukti tersebut,” kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Anton Charliyan, dalam wawancara via satelit dalam program yang sama.

Anton membeberkan butuh waktu bagi polisi untuk menentukan zat korosif apa yang masuk dalam tubuh Mirna hingga meninggal dunia. Dia mencontohkan kasus pembunuhan Munir yang membutuhkan waktu lama untuk menentukan racun apa yang ada dalam tubuh aktivis HAM itu.

“Saya kebetulan tangani kasus Cak Munir. Di Belanda saja butuh waktu 1 bulan, makanya sabar soal zat asing apa yang dimaksud. Dalam kasus Cak Munir, ada batas-batas hingga menimbulkan kematian, saat itu 5 kali lipat dari batas wajar. Nah ini belum diketahui berapa kali lipat dari batas normal,” terang Anton.

Sebelumnya, Kabid Dokkes Polda Metro Jaya, Kombes Pol Musyafak mengatakan, Wayan Mirna Salimin tewas akibat adanya zat korosif yang bersarang di bagian lambung hingga menyebabkan iritasi dan pendarahan. “Ada zat bersifat korosif, yang dapat iritasi lambung dan membuat pendarahan,” kata Musyafak kepada awak media di kantornya, Jakarta, Selasa, seperti dilaporkan Okezone.

Menurutnya, ada banyak zat yang menyebabkan korosif, bukan hanya sianida. Dia menilai, terlalu dini jika Mirna tewas akibat zat sianida. Menurutnya, hanya hasil laboratorium forensik yang mampu menjawabnya. Terkait Mirna yang sempat meminum obat pelangsing, Musyafak menyebut suami korban mengatakan obat pelangsing yang diminum Mirna masih dalam dosis yang wajar.

“Kata suami korban kemarin yang dikonsumsi sebagaimana dikonsumsi orang lain. Informasi dari keluarga tidak ada penyakit tertentu dan mengonsumsi zat tertentu,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya