SOLOPOS.COM - Elpiji 12 Kg (Foto detikcom)

Elpiji 12 Kg (Foto detikcom)

JAKARTA- Pengoplosan gas dari tabung LPG bersubsidi 3 kg ke non subsidi 12 kg disinyalir kembali marak. Tabung oplosan ini dinilai berbahaya karena sudah melalui proses yang tidak steril.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Pengamat perminyakan, Kurtubi menilai selisih harga yang tinggi antara LPG subsidi dan non subsidi sebagai penyebabnya. Pihak pengoplos bisa mendapatkan untung banyak dengan melakukan cara ini

“Ini memang dampak dari perbedaan harga yang tinggi. Ini memang perlu dikontrol di lapangan. Jangan sampai dioplos,” katanya kepada detikFinance, Sabtu (9/6/2012).

Dengan melakukan pengoplosan, maka didapat selisih sekitar Rp 18.000 tiap tabung 12 kg dibandingkan dengan harga normalnya. Selisih harga ini yang membuat maraknya pengoplosan.

Kurtubi menilai akibat aktivitas pengoplosan tersebut, tabung elpji 12 kg dapat meledak dan membahayakan keselamatan banyak orang. “Justru membahayakan diri sendiri karena bisa meledak,” tambahnya.

Guna meminimalisir aktivitas pengoplosan tersebut, Kurtubi minilai perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Selain itu, dia meminta agar masyarakat berpartisipasi aktif mengawasi dan meloporkan aktivitas pengoplosan tersebut, karena menurutnya masyarakat sendiri yang dirugikan.

“Masyarakat kalau tahu ada agen atau penjual yang mengoplos, dihimbau supaya melaporkan ke polisi,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya