SOLOPOS.COM - Ilustrasi mebel untuk ekspor. (JIBI/Bisnis/Dok.)

Ekspor Solo merosot gara-gara pengusaha merelokasi tempat usaha ke luar Kota Bengawan.

Solopos.com, SOLO — Realisasi ekspor Solo pada 2014 mengalami penurunan sekitar US$2 juta dibandingkan 2013. Penurunan tersebut disebabkan beberapa perusahaan hengkang dari Kota Bengawan. Beberapa perusahaan itu merelokasi usaha ke luar kota dengan alasan keperluan ekspansi bisnis.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

Kepala Seksi (Kasi) Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Solo, Endang K. Maharani, menyampaikan total nilai ekspor Solo pada 2014 sekitar US$35 juta. Hal tersebut lebih rendah daripada realisasi 2013 sebesar US$37 juta.

Endang menjelaskan sebenarnya kinerja ekspor Solo tidak mengalami penurunan. Namun alamat yang tercantum dalam surat keterangan asal (SKA) beberapa perusahaan telah berubah. Ada beberapa perusahaan, khususnya tekstil dan produk tekstil (TPT), yang beralih atau pindah dari Solo ke Karanganyar dan Boyolali.

“Pengelompokan realisasi ekspor itu dilihat dari alamat perusahaan jadi ketika alamat perusahaan berubah, hal itu berpengaruh terhadap nilai realisasi ekspor Solo,” ungkap Endang saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis (26/2/2015).

Sementara itu, terkait komoditas ekspor, dia menuturkan produk TPT masih mendominasi ekspor 2014. Hal ini mengingat banyak perusahaan dan pengusaha kecil di Kota Bengawan yang bergerak di bisnis TPT, terutama batik.

Hungga 2015
Tren tersebut dinilainya masih akan terus berlangsung pada 2015. Terkait potensi ekspor tahun ini, Endang mengatakan ada kemungkinan meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan tersebut, menurut dia, tidak lepas dari perekonomian Amerika Serikat (AS) sebagai pasar tradisional atau negara tujuan utama ekspor yang terus membaik. Dia memperkirakan pesanan dari Negeri Paman Sam itu akan terus meningkat.

Selain itu, dia mengungkapkan beberapa perusahaan TPT dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) banyak yang beralih ke wilayah Soloraya. Dengan demikian, berpeluang meningkatkan realisasi ekspor.

Di sisi lain, penambahan eksportir di Solo tidak terlalu signifikan. Menurut Endang, banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang menjual produknya ke luar negeri. Namun biasanya produk tersebut disetor ke perusahaan lain untuk dikirim ke luar negeri.

“Biasanya pelaku UKM itu kurang percaya diri untuk melakukan ekspor langsung. Kalau mengenai akses, asalkan pelaku usaha berminat untuk ekspor produk, kami ada fasilitas pameran internasional sebagai ajang promosi dan berhubungan dengan buyer,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya