SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas ekspor melalui pelabuhan (JIBI/Bisnis Indonesia/Andi Rambe)

ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Andi Rambe)

JOGJA – Nilai ekspor produk dari DIY ke luar negeri terutama Eropa terus mengalami fluktuasi sepanjang tahun ini. Di saat ekspor produk kerajinan berbahan kayu atau mebel terpuruk, ekspor minyak Achiri selama ini ternyata terus naik meski krisis Eropa masih membayangi.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Pelaksana Harian Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Endang Sri Nuryani, Rabu (11/7/2012) menyatakan, fluktuasi nilai ekspor tercatat sejak Januari hingga Mei lalu berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) produk. Dibandingkan 2011, nilai ekspor pada Januari sempat naik hingga 26 persen, lalu pada Februari kenaikan hanya tercatat 15 persen (yoy), dan mengalami penurunan ekspor pada Maret sebesar 12 persen (year-on-year). Sementara pada April terjadi lonjakan kenaikan hingga 60 persen (yoy), lalu nak tipis pada Mei sebesar 11,6 persen. Terakhir kenaikan nilai ekspor terjadi pada Juni lalu sebesar 29 persen dari sebelumnya pada 2011 hanya US$11,3 juta menjadi US$15,9 juta. “Sejak Januari sampai sekarang ekspor terus berubah-ubah, kadang naik kadang turun,” tuturnya.

Meski mengalami fluktuasi nilai ekspor, produk kerajinan berbahan kayu atau furniture dipastikan terus menurun terutama dari Eropa. Penurunan diantaranya disebabkan pemberlakuan Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) bagi berbagai produk kayu yang diekspor ke Eropa untuk memastikan bahwa kayu yang berasal dari Indonesia bukan diperoleh dari hasil pembalakan liar. Selain karena krisis ekonomi yang saat ini masih menghantui Eropa. “Apalagi kalau barang kerajinan kayu itu kan kebutuhan sekunder, konsumen di Eropa sana pasti mendahulukan kebutuhan primer di tengah krisis seperti ini makanya turun,” ujarnya.

Kendati kayu mengalami penurunan ekspor, produk lainya seperti minyak atsiri menurut Endang justru menunjukan performa yang mengagumkan. Produk minyak herbal ini justru terus naik hingga mampu menopang kenaikan nilai ekpsor produk dari Jogja selain produk tekstil atau pakaian jadi. “Hanya minyak atsiri yang terus naik meski yang lainnya turun, juga seperti pakaian jadi, tekstil masih stabil,” katanya.

Selama ini negara Amerika dan Eropa seperti Jerman, Spanyol masih menjadi negara tujuan utama ekspor DIY. Lantaran krisis ekonomi di sana belum begitu pulih, pemerintah lanjutnya kini mulai melakukan diversifikasi ekspor dengan mengarahkanya ke negara-negara Asia seperti China yang pertumbuhan ekonominya tinggi. “Cuma masalahnya kalau China itu untuk memasarkan barangnya harus door to door itulah hebatnya China, jadi kita harus punya distributor di sana,” ungkap Endang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya