SOLOPOS.COM - Wapres Jusuf Kalla (tengah duduk) berfoto bersama para peserta Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 di Dermaga Komando Lintas Laut Militer Jakarta Utara, Senin (1/6/2015). Ekpedisi selama 30 hari yang diisi dengan kegiatan sosial tersebut dalam rangka mendorong terwujudnya tol laut yang diharapkan dapat memperkuat konektivitas antara pulau besar dan kecil di seluruh Tanah Air. (JIBI/Solopos/Antara/Sigid Kurniawan)

Ekspedisi Nusantara Jaya merupakan cikal bakal program tol laut.

Solopos.com, BANDA ACEH – Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2015 menjadi embrio pelaksanaan tol laut dengan memangkas jalur distribusi barang yang dibawa dari Jakarta dan Makassar ke pulau-pulau sekitar Sulawesi.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Komandan Satuan Tugas tim Ekspedisi, Letnan Kolonel (P) Heri Prihartanto di KRI Banda Aceh yang sedang melayari perairan Sulawesi dengan kecepatan 10 knots, Minggu (7/6/2015), mengatakan ENJ menjadi cikal bakal program tol laut yang diharapkan Presiden Joko Widodo dapat dimulai secara penuh secepatnya.

Menurut dia, konsep tol laut akan diteruskan hingga pelabuhan di Sorong, Kepulauan Saumlaki, dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Untuk perjalanan yang sedang berlangsung di perairan Sulawesi ini, Letkol Heri mengatakan, bantuan dari Bank Indonesia telah disalurkan dari KRI Banda Aceh sebagai kapal induk, ke berbagai wilayah di Makassar, termasuk Pulau Kodingareng.

“Kita memiliki armada yang besar. KRI Banda Aceh sebagai kapal induk berkoordinasi dengan berbagai lembaga, termasuk BI, untuk menyalurkan bantuan ke daerah-daerah menggunakan kapal yang lebih kecil atau kendaraan lain,” kata dia.

Saat singgah di Pelabuhan Makassar dari Kamis (4/6/2015) hingga Minggu pagi (7/6/2015), BI dibantu TNI AL, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan ratusan relawan tim Ekspedisi telah mendistribusikan bantuan berupa bahan makanan pokok, sarana pendidikan dan kesehatan, serta juga layanan penukaran uang dan sosialisasi penggunaan uang rupiah.

Bantuan itu didistribusikan melalui Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar. Satu kapal kecil milik KRI Banda Aceh telah membawa alat belajar, sarana pendidikan dan kesehatan, serta alat pemancar berteknologi solar cell ke Pulau Kodingareng, Makassar.

Asisten Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Dandy Indarto Seno mengatakan, lokasi sasaran berikutnya adalah daerah-daerah terpencil di sekitar Sorong, Papua.

Namun, kepastian daerah tersebut masih harus dirapatkan dengan pihak TNI AL, Kementeriaan Koordinator Kemaritiman, dan Kementerian Pemuda dan Olahrga.

“Kita juga masih menjalin koordinasi dengan pihak pemerintah setempat agar operasi ini dapat berjalan efisien dan efektif,” kata Dandy.

Total modal yang dibawa BI untuk penukaran uang sebesar Rp15 miliar. Ekspedisi ini juga melibatkan sekitar 220 sukarelawan yang bertambah dari jumlah 183 sukarelawan saat berlayar dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, 1 Juni 2015 lalu.

Salah satu sukarelawan adalah mahasiswa Universitas Khairun, Ternate, Amsi Baba, 21.

Amsi yang berdomisili di Pulau Morotai, Halmahera, mengharapkan KRI Banda Aceh ini juga dapat singgah di pelabuhan besar yang dekat dengan Morotai. Hal itu, lanjut dia, karena kualitas konektivitas Morotai cukup buruk.

“Beras satu sak di Morotai mencapai Rp300.000. Makan satu porsi dengan nasi dan ayam di tempat makan biasa mencapai Rp25.000. Untuk transportasi ke Ternate dari Morotai bisa naik kapal langsung, tapi harganya sampai Rp175.000, dan lama perjalanannya delapan jam,” ujar dia.

KRI Banda Aceh dalam ekspedisi ini telah berlayar dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada 1 Juni lalu. Rute pelayaran dari Jakarta menuju Makassar, Sorong, Saumlaki, Kupang, dan kembali ke Jakarta pada 26 Juni 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya