Solopos.com, SEMARANG – Sritex Group membangun pabrik serat rayon atau fiber sebagai bahan baku industri tekstil dan produk tekstil dengan investasi senilai Rp3 triliun. Pabrik itu direncanakan beroperasi akhir 2015.
Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk., Iwan Setiawan Lukminto, mengatakan pembangunan pabrik serat itu sebagai langkah Sritex mengurangi ketergantungan impor serat.
Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar
Selama ini, katanya, impor serat untuk kebutuhan bahan baku tekstil menduduki porsi cukup banyak yakni 50%.
“Investasinya Rp3 triliun lebih. Rencana kapasitas produksi serat sekitar 80.000 ton pertahun. Lokasi pabriknya di Sukoharjo,” paparnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Jumat (5/12/2014).
Iwan memaparkan besaran investasi itu diperoleh dari dana internal Sritex Group atau keluarga Sritex dan pinjaman dari industri jasa keuangan.
“Investasi pabrik ini di luar dari Sritex Tbk. Ini murni dari internal keluarga Lukminto, atau lebih kepada Sritex Group,” ujarnya.
Lokasi pabrik tersebut, kata Iwan, tidak jauh dari pabrik tekstil yang telah memproduksi kain dengan pemesanan lebih dari 50 negara di dunia.
Dengan beroperasinya pabrik itu, ujarnya, perusahaan bisa menghemat belanja serat impor sekitar 5%-10% “Luas lahan pabrik serat 100 hektare, dengan perkiraan serapan tenaga kerja baru mencapai 3.000 orang,” paparnya.
Pembangunan pabrik serat rayon itu sejalan dengan proyeksi Asosiasi Pertekstilan Indonesia atau API bahwa Indonesia bakal menjadi produsen serat rayon dan polyester terbesar di dunia pada tahun mendatang.
Wakil Ketua API Jateng Liliek Setiawan mengatakan secara umum perkembangan ekspor Jateng tahun depan diperkirakan mengalami kenaikan signifikan didukung tumbuhnya permintaan pasar luar negeri.