SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang tunai rupiah (Bisnis-Rachman)

Ekonomi Indonesia berusaha lepas dari perlambatan ekonomi dunia.

Solopos.com, JAKARTA — Penerimaan pajak hingga 4 November masih kurang sekitar 40% atau sekitar Rp520,6 triliun. Realisasi penerimaan pajak baru tercapai Rp774,4 triliun atau sekitar 60% dari target Rp1.295 triliun.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Dalam jangka waktu kurang dari 2 bulan ini, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak harus bekerja keras. Meski dipastikan target pajak tersebut tidak akan tercapai. Dirjen Pajak, Sigit Priadi Pramudito mengatakan, dari realisasi pajak hingga 4 November 2015 tersebut, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas adalah Rp 730.7 triliun. Lebih tinggi dari PPh Non Migas pada periode yang sama tahun lalu Rp 701,5 triliun.

“Pencapaian 4 November Rp 774,4 triliun, itu 59,84% dari target. Apabila pencapaian itu 90%-95%, itu akan terpotong 10 persen, dan seterusnya Sebetulnya itu menghitung dari pertumbuhan bukan pencapaian target, dengan pertumbuhan itu kita berusaha maksimal, walaupun tidak terlalu tinggi tapi kan tumbuh,” kata Sigit, di kantornya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (5/11/2015) sebagaimana dikutip Detik.

Masih kurangnya realisasi penerimaan pajak membuat pemerintah waswas? Mungkinkah APBN bakal jebol karena tak mampu membiayai kebutuhan belanja besar.

Proyeksi ini membuat pemerintah harus berupaya keras menjaga defisit anggaran tidak melebihi ketentuan, yakni 3% dari PDB. Karena ada kecenderungan belanja negara di kuartal IV selalu progresif atau melonjak dibandingkan kuartal sebelumnya.

Eric Sugandi, Ekonom Kenta Institute menilai, pemerintah akan sulit menggunakan 100% anggaran belanja yang jumlahnya Rp 1.984,1 triliun. Kemungkinan hanya terealisasi 85-90%, atau di bawah proyeksi pemerintah yang mencapai 93%.

“Saya tidak yakin defisit anggaran akan ke 2,6% dari PDB nominal, walau adashortfall (kekurangan) penerimaan pajak. Ini karena penyerapan anggaran pemerintah tidak optimal, masih di kisaran 70% dari target APBN-P 2015 per Oktober. Perkiraan kami serapan anggaran tahun ini ada kisaran 85-90%,” ujarnya kepada Detik, Kamis (5/11/2015).

Menurutnya, pemerintah tidak perlu menginisiasi untuk pemangkasan belanja, sebab lambatnya realisasi belanja merupakan hal alamiah. Seiring dengan proses birokrasi yang masih jauh dari yang diharapkan.

“Jadi mungkin tidak perlu ada pemotongan anggaran di pos,” sebutnya.

Dalam APBN-P 2015, defisit anggaran dipatok sebesar 1,9%. Eric optimistis di akhir tahun hanya akan mencapai kisaran 2,3 dan 2,4%. Tambahan pembiayaan juga? akan lebih diarahkan kepada bilateral dan multilateral.

“Tahun ini pemerintah akan menggunakan pinjaman bilateral dan multilateral kalau ada shortfall financing. Jadi bukan mengeluarkan SBN (surat berharga negara),” kata Eric.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya