SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang kertas rupiah (Rachman/JIBI/Bisnis)

Ekonomi Indonesia mendapat kabar baik. Maret 2016, cadangan devisa Indonesia naik.

Solopos.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa hingga akhir Maret 2016 naik US$3 miliar dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$107,5 miliar.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan peningkatan tersebut dipengaruhi penerimaan cadangan devisa, terutama berasal dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah dan lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. “Jumlah itu melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah,” katanya melalui siaran pers, Kamis (7/4/2016).

Dia menyatakan posisi cadangan devisa per akhir Maret 2016 itu cukup untuk membiayai 8,0 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan,” ucapnya.

Pemerintah telah meningkatkan target emisi penawaran dua seri Sukuk Global dari US$2 miliar menjadi US$2,5 miliar karena minat investor yang tinggi. Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan kenaikan cadangan devisa cerminan kepercayaan investor di portfolio terhadap perekonomian nasional.

Namun, investasi itu rentan terhadap gejolak eksternal terutama risiko ekonomi China dan kenaikan suku bunga The Fed. “Nah, memasuki pertengahan tahun dan semester kedua kemungkinan ada risiko lagi yang meningkat apalagi ekonomi China cenderung melambat,” ujarnya.

Perkiraan kebijakan moneter China dengan melakukan devaluasi bisa menjadi tekanan bagi ekonomi nasional, terlebih kemungkinan The Fed menaikkan ratenya dua kali maksimal di tahun ini. Namun, dia mencermati dari sisi fundamental, iklim investasi telah membaik dibuktikan dengan pengukuhan Indonesia oleh lembaga pemeringkat asal Jepang, Rating and Investment Information, Inc. (R&I), sebagai negara level layak investasi (investment grade) yang diumumkan pada Senin (4/4/2016).

“Kita harapkan S&P [Standard & Poors] masuk memberikan rating yang lebih baik sehingga bukan hanya investasi portofolio yang masuk tapi juga investasi yang lebih berjangka panjang,” jelasnya.

Investasi asing dan ekspor yang aliran dananya bisa berkelanjutan diharapkan dapat mengecilkan defisit bahkan bisa menjadi surplus. Dia memperkirakan dengan kondisi fundamental yang baik dan tekanan eksternal yang masih tenang, cadangan devisa berpeluang untuk meningkat.

Peningkatan itu masih berasal dari portfolio. Tetapi, David berpendapat minyak dan gas dapat menyumbang cadev dengan porsi kecil karena harga minyak sudah sedikit rebound. Sementara itu, tren rupiah menguat terhadap dolar AS dinilai kurang baik karena ekspor belum menunjukkan peningkatan.

“Penguatan yang terlalu signifikan juga di tengah ekspor kita yang belum telalu menguat itu juga kurang baik. Kalau lagi inflow,sebenarnya lebih mudah dikendalikan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya