SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok Jakarta (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Ekonomi Indonesia dinilai Kadin memprihatinkan karena kinerja ekspor turun.

Solopos.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai kondisi ekspor saat ini memprihatinkan karena mengalami gejala penurunan sehingga dibutuhkan langkah-langkah tepat untuk meningkatkannya kembali.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Kondisi ekspor saat ini sangat memprihatinkan karena pada paruh pertama tahun 2015 ini kinerja ekspor jatuh sampai 11,8 persen,” kata Ketua Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (3/9/2015).

Suryo mengingatkan pada krisis finansial global tahun 2008-2009, nilai ekspor merosot sangat dalam karena kinerja industri lemah dan ekspor mayoritas berbasis bahan mentah yang turun harga di pasar dunia.

Ia menyatakan kegiatan ekspor adalah andalan perekonomian nasional karena dari kegiatan inilah cadangan devisa dikumpulkan. Semakin besar cadangan devisa yang dimiliki, semakin kuat pula posisi ekonomi RI.

“Tetapi di sisi lain kinerja impor juga menurun lebih drastis karena biaya impor meningkat yang disebabkan menurunnya nilai rupiah, sehingga memukul dunia industri. Banyak PHK karena perusahaan tidak dapat menyesuaikan biaya produksi yang maningkat pesat,” kata dia.

Ia menjelaskan meskipun terjadi surplus pada neraca perdagangan di semester I 2015, hal itu bukan karena prestasi ekspor, melainkan lebih dikarenakan penurunan impor signifikan pada periode tersebut (15,1%).

Di sisi lain, ujar Suryo, ekspor menurun 11,67 persen. Penurunan impor dan ekspor ini dinilai merupakan sinyal tanda bahaya bagi kinerja ekonomi eksternal Indonesia.

Berikut saran yang telah ditawarkan Kadin terkait ekspor-impor:

1. Mengurangi kandungan impor dan meningkatkan kandungan lokal (TKDN) dalam pengembangan industri yang mempunyai ketergantungan tinggi pada kandungan impor.

2. Membangun dan memberdayakan industri yang memiliki kemampuan ekspor tetapi lemah dalam permodalan dengan memberikan dukungan pemerintah dan perbankan yang berupa subsidi bunga serta memberikan stimulus fiskal.

3. Mengurangi impor baik barang-barang konsumsi (terutama barang mewah) maupun bahan mentah dan bahan penolong untuk industri dan menggantikannya dengan meningkatkan bahan/produk dalam negeri dengan melalui pengembangan industri substitusi.

Sebelumnya, Indonesia mengincar peluang untuk meningkatkan ekspor dengan membidik beberapa kawasan.

“Ada beberapa kawasan yang sudah kami lakukan penelitian, khususnya dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah ini. Dia ntaranya yaitu negara-negara nontradisional, ada beberapa kawasan yang nantinya akan disasar dalam rangka penetrasi produk Indonesia,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, di Jakarta, Rabu (2/9/2015).

Nus mengatakan, beberapa kawasan yang sedang diincar tersebut antara lain kawasan Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin.

Pihaknya akan memfokuskan penetrasi tersebut ke negara nontradisional, baik dengan membawa produk komoditas utama maupun yang prospektif.

Ia juga menjelaskan, untuk wilayah Asia Tengah, beberapa negara yang dipilih untuk penetrasi produk Indonesia seperti otomotif, elektronik dan produk karet adalah Kazakstan serta Uzbekistan, kendati untuk wilayah tersebut tidak semua negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.

“Selain itu, untuk kawasan Asia Tenggara, saya kira merupakan pasar yang potensial. Beberapa negara diantaranya adalah Vietnam, Kamboja, Malaysia, Myanmar dan Filipina,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya