SOLOPOS.COM - Putri kiai di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Ustazah Imaz Fatimatuz Zahra (Ning Imaz). (Instagram @imaz._)

Solopos.com, KEDIRI — Putri kiai di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Imaz Fatimatuz Zahra (Ning Imaz) membuat cuitan di Twitter setelah dihina oleh pegiat media sosial Eko Kuntadhi.

Secara tersirat, Ning Imaz meminta Eko Kuntadhi mengkritik keilmuan dengan menggunakan etika.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dikutip Solopos.com dari NU Online, Sabtu (17/9/2022), Ning Imaz menjelaskan secara personal, Eko Kuntadhi memang merendahkan dirinya.

Namun menurut Ning Imaz, bukan itu poin yang hendak disampaikan. Ia pun lantas memberikan penjelasan mengenai duduk persoalan ini.

Baca Juga: Ning Imaz Dihina, Warganet Desak Eko Kuntadhi Diproses Hukum

“Siapa pun harus belajar untuk tidak mengomentari sesuatu yang bukan ranahnya. Diskusi keilmuan dibalas dengan diskusi keilmuan, dengan kritik konstruktif dan pakai etika,” tegas Ning Imaz.

Pendakwah berusia 25 tahun itu mengatakan permohonan maaf Eko Kuntadhi itu seharusnya tidak dilakukan kepadanya namun kepada Imam Ibnu Katsir dan umat Islam se-Indonesia.

Pasalnya, video yang diunggah Eko Kuntadhi di Twitter dengan keterangan tulisan kalimat kasar atau hinaan itu merupakan potongan penjelasan Ning Imaz terkait Surat Ali Imran ayat 14 berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir.

Baca Juga: Profil Ning Imaz, Putri Kiai Ponpes Lirboyo yang Dihina Eko Kuntadhi

“Minta maafnya jangan ke saya. (Tapi) ke Imam Ibnu Katsir, ke umat se-Indonesia yang sakit hati agamanya dihina-hina,” ungkap Ning Imaz.

Salah satu alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Muhammad Shofiyulloh menyayangkan sikap Eko Kuntadhi yang memohon maaf secara diam-diam alias melalui jalur pribadi kepada pihak keluarga Ning Imaz.

Padahal, kata dia, Eko Kuntadhi membuat atau mengunggah potongan video Ning Imaz di Twitter secara terbuka.

Baca Juga: Hina Ning Imaz, Eko Kuntadhi: Saya Salah, Tak Ada Alasan Membenarkan

“Buat tulisannya terbuka, dikonsumsi banyak mata. Pas salah cuma nge-japri (melalui jalur pribadi). Gus, Ning, dan kiai mungkin mengerti, (tapi) bagaimana dengan perasaan muhibbin (para pencinta) dan para santri (Lirboyo),” kata Kang Opi, santri alumni Lirboyo yang kini tinggal di Bekasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya