SOLOPOS.COM - Kongres Perempuan menjadi agenda awal dari tercetusnya Peringatan Hari Ibu (kemdikbud.go.id)

Solopos.com, JAKARTA —Beragam kegiatan diagendakan untuk memeriahkan Peringatan Hari Ibu (PHI). Berbagai jenis perlombaan seperti fashion show busana daerah, memasak, hingga lomba pidato diadakan untuk menyemarakkan kegiatan yang diperingati setiap 22 Desember tersebut.

Namun, pernahkah Anda mengetahui bagaimana latar belakang sejarah peringatan Hari Ibu di Indonesia? Dikutip dari laman bkd.jogjaprov.go.id, Kamis (15/12/2022), peringatan Hari Ibu bermula dari peristiwa Kongres Pemuda I dan II.

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

Kongres pemuda tersebut menjadi permulaan dari lahirnya Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember 1928 sampai dengan 25 Desember 1928 di Yogyakarta.

Pertemuan tersebut dihadiri kurang lebih 30 organisasi perempuan yang berasal dari 12 kota di Jawa dan Sumatra.

Baca Juga: Resmi Disahkan DPR, Berikut Pasal-Pasal Penting UU PPSK

Pada kongres tersebut, perempuan dari penjuru daerah di Indonesia berkumpul, berdiskusi dan menyatukan visi misi. Salah satu isu yang dibahas adalah tentang upaya persatuan perempuan di Nusantara.

Persatuan perempuan ini menjadi upaya keterlibatan perempuan dalam proses perjuangan Indonesia merebut kemerdekaan Indonesia dan seluruh aspek lain yang mendukung perkembangan Bangsa. Perempuan dianggap memiliki peranan penting dalam memajukan bangsa.

Sejak dulu perempuan memang dikenal sebagai madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anak. Untuk itu, ada upaya dalam melakukan perlindungan dari hal-hal seperti perdagangan perempuan dan anak, perbaikan gizi bagi ibu dan balita, menghindari pernikahan terlalu dini, dan lain-lain.

Pada 1935, Kongres Perempuan Indonesia II diadakan. Buah dari Kongres tersebut adalah terbentuknya Badan Pemberantasan Buta Huruf (BPBH). Selain itu, para perempuan juga menentang perlakuan tak baik yang diterima oleh buruh wanita yang bekerja di perusahaan batik di Lasem, Rembang.

Baca Juga: UMK 2023 Disosialisasikan, Perusahaan di Jogja Wajib Beri Upah Rp2,3 Juta

Lalu, Kongres Perempuan Indonesia III diadakan pada 1938. Pada kongres tersebut, dicetuskan tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai peringatan Hari ibu dan dirayakan secara nasional. Tujuan utama diperingatinya Hari Ibu adalah untuk menjadi pengingat semangat juang kaum perempuan di Indonesia.

Kini, peringatan Hari Ibu lebih banyak dikenal sebagai mother’s day dan lebih banyak dimaknai sebagai hari kasih sayang untuk ibu. Akan tetapi mengutip dari www.kemenpppa.go.id, pergeseran makna tersebut perlu kembali diluruskan.

Generasi saat ini perlu diarahkan bahwa makna utama hadirnya PHI adalah untuk mematik semangat perjuangan dari dan untuk perempuan di berbagai lini kehidupan seperti kesehatan, pendidikan, maupun peran perempuan lainnya di hadapan publik.

Melansir dari kemdikbud.go.id, menurut sejarah pada dasarnya organisasi perempuan telah ada dan pernah dibentuk sejak tahun 1912. Beberapa pejuang perempuan yang merintis gerakan perjuangan melalui media organisasi diantaranya Martha Cristina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, R.A Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya