SOLOPOS.COM - Proses pemilahan tanaman empon-empon yang akan digunakan untuk karya yang dilakukan akademisi ISI Solo Sumarno. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Solo Sumarno dan tim mengembangkan pemanfaatan limbah batang empon-empon menjadi berbagai produk kreatif di bidang industri kriya pada 2023.

Pengembangan tersebut dilatarbelakangi oleh kurangnya pemenuhan kebutuhan tali serat alam untuk industri kerajinan dan mebel. Kebutuhan tali serat industri sendiri dalam skala kecil 2 ton hingga 4 ton/bulan dan 5 ton hingga 6 ton/bulan dalam skala besar.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Empon-empon atau temu-temuan merupakan tanaman kaya manfaat berasal dari kata empu yakni merujuk pada tumbuhan yang diawali dengan kata temu.

Empon-empon memiliki arti rimpang induk atau akar tinggal bermakna sebagai tuah merujuk pada manfaat tanaman. Jenis tanaman empon-empon meliputi temu lawak, temu putih, temu mangga, temu kunci, temu hitam, temu giring, lengkuas, lempuyang, kunyit, kencur, jahe, bangle.

Empon-empon sebagai tanaman bermanfaat untuk berbagai keperluan manusia di antaranya sebagai obat-obatan, bumbu masak, kecantikan, pewarnaan, untuk upacara keagamaan dan sebagainya.

“Awalnya karena memasuki bulan ke-12 ini sudah musim penghujan, beberapa [empon-empon] sudah tumbuh tinggi-tinggi, tetapi batangnya masih sekitar tujuh batang, sayangnya yang bisa dipakai baru satu atau dua saja. Namun saya melihat potensi di sini dan rencananya memetakan penanaman empon-empon di Soloraya selama tahun kedua penelitian,” ujar Sumarno saat dihubungi Solopos.com, Minggu (2/12/2023).

Sumarno juga menjelaskan bahwa empon-empon sebagai tanaman kaya manfaat komoditas utama adalah pada rimpangnya.

Batang, daun, dan akar merupakan hasil tanam dikategorikan sebagai limbah sisa panen. Batang tanaman empon-empon adalah berupa serat memanjang dan ulet dimungkinkan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan serat pada industri.

Meski begitu tidak semua tanaman empon-empon bisa dijadikan tali serat alam. Menurut Sumarno, empon-empon yang dinamai dengan awalan temu cenderung lebih mudah diolah menjadi tali serat alam. Sementara itu, lengkuas, jahe dan kencur lebih sulit dijadikan tali serat alam.

Menurut Sumarno, pemanfaatan batang empon-empon sudah pernah tercatat dalam sejarah, yaitu ketika para petani empon-empon menggunakan batang tanaman tersebut sebagai bahan tali serat dadung untuk kehidupan sehari-hari.

Sumarno menekankan penelitian ini juga berguna untuk pengembangan tanaman empon-empon di Soloraya. Selama ini kelompok tanaman rimpang tersebut hanya tumbuh liar di pekarangan warga saja.

Selama tahun pertama penelitian ini, Sumarno lebih fokus kepada eksperimen limbah batang empon-empon sebagai bahan baku industri kreatif, khususnya kerajinan dan furnitur. Eksperimen dengan cara dipilin, dianyam dan ditenun.

Beberapa produk telah dihasilkan bahkan telah lolos hasil uji secara teknis untuk pasar Eropa khususnya untuk kode EN 12520 oleh Balai Penelitian Pengembangan Industri Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) di Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi BBTPPI Semarang.

Beberapa produk juga telah dipamerkan pada IFFINA (International Furniture and Craft Fair Indonesia) 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Kamis-Minggu (14-17/9/2023) sebagai uji publik terhadap penggunaan batang empon-empon sebagai produk kreatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya