Singapura– Harga minyak di perdagangan Asia, Rabu (6/1), melemah karena menguatnya dolar dapat mengimbangi kenaikan permintaan untuk bahan bakar pemanas yang disebabkan cuaca dingin di belahan bumi utara.
Kontrak berjangka utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Februari turun 15 sen ke posisi 81,62 dolar per barel. Sementara minyak mentah laut utara Brent juga untuk pengiriman Februari turun 14 sen menjadi 80,45 dolar per barel.
Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik
“Sentimen pasar positif dari masih berlanjutnya cuaca dingin di seluruh Amerika Serikat dan Eropa terutama diimbangi dengan menguatnya dolar AS,” kata Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah laporan.
Menguatnya dolar AS telah menjadikan harga minyak yang didominasi dolar itu menjadi lebih mahal bagi para pemilik mata uang lainnya.
Cuaca dingin di Amerika Serikat dan Eropa telah mendorong harga-harga minyak lebih tinggi karena menguatnya permintaan untuk bahan bakar pemanas.
Dengan kondisi cuaca dingin tersebut telah menjadikan permintaan minyak meningkat, tetapi cuaca dingin Amerika nampaknya sudah mulai mereda, sehingga kemungkinan hal itu mengakibatkan permintaan minyak sedikit menurun.
ant/isw